jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan puisi Sukmawati Soekarnoputro berjudul Ibu Indonesia telah menimbulkan multimakna di ruang publik.
Menurut dia, hal itu sebagai bukti bahwa puisi tersebut sarat makna, tergantung kerangka referensi dan pengalaman serta posisi sosial atau politik dari setiap orang.
BACA JUGA: PMJ Bentuk Tim Khusus Tangani Dua Laporan Terkait Sukmawati
"Sebab, dari perspektif kualitatif, khususnya paradigma konstruktivis, setiap individu memiliki kehendak bebas memberikan pemaknaan terhadap simbol yang diterima, termasuk isi puisi tersebut," kata Emrus, Rabu (4/4).
Menurut Emrus, dari aspek komunikasi, lambang atau pesan komunikasi tidak bermakna.
BACA JUGA: Wasekjen MUI: Puisi Sukmawati Meresahkan Umat Islam
Tapi, manusialah yang memberikan makna terhadap lambang dan pesan komunikasi.
Perbedaan makna yang tersimpan di peta kognisi setiap individu akan menimbulkan perilaku yang unik antara satu dengan yang lainnya.
Interaksi perilaku yang unik antara setiap individu bisa bertujuan mengkonstruksi realitas sosial maupun politik tertentu di tengah masyarakat atau suatu negara.
BACA JUGA: MUI: Puisi Sukmawati Soekarnoputri Bikin Gaduh
"Oleh karena itu, tidak heran setiap perilaku komunikasi sarat nilai, kepentingan, kontekstual dan pasti subjektif," jelasnya.
Karena itu, Emrus berpandangan perlu ada solusi bijak dan produktif memperjumpakan perbedaan makna atau pandangan dengan membuka ruang dialog antara berbagai pihak atau pemangku kepentingan.
Hal ini untuk mempertemukan berbagai makna tersurat dan tersirat pada keseluruhan isi puisi tersebut yang sudah ter-saving di peta kognisi masing-masing individu dalam suatu masyarakat atau negara.
"Bisa saja pertemuan tersebut dimediasi oleh organisasi keagamaan, atau partai politik, atau tokoh masyarakat yang kredibel yang diterima semua golongan," ungkapnya.
Pertemuan tersebut, lanjut fia, bertujuan untuk menyelesaikan perbedaan wacana semacam ini.
"Ini jauh lebih produktif dan permanen daripada melalui proses hukum," tegasnya.
Dengan perjumpaan irisan antarmakna satu dengan lain, Emrus yakin bisa menumbuhkan proses kedewasaan komunikasi di Indonesia.
"Sehingga tidak terjadi polemik yang berpotensi menimbulkan gesekan sosial antarberbagai kepentingan ke depan," pungkas direktur eksekutif lembaga EmrusCorner, itu. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Reaksi Fahri Hamzah soal Puisi Sukmawati
Redaktur & Reporter : Boy