Pujian Direktur Jenderal IRRI untuk AWR Kementan

Selasa, 18 Februari 2020 – 23:13 WIB
Direktur Jenderal IRRI Matthew Morell. Foto: irri.org

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal International Rice Research Institute (IRRI) Matthew Morell mengunjungi Agriculture War Room (AWR) Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta, Selasa (18/2). Menurut Matthew, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas sehingga penggunaan AWR sangat cocok dan bagus bagi Kementan untuk mengetahui kondisi pertanaman lapangan di daerah-daerah.

“Jadi, Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo, red) juga bisa dengan cepat mengambil tindakan dan antisipasi,” kata Morell.

BACA JUGA: Varietas Tanaman Unggul Indonesia Harus Bisa Bersaing dengan Negara Lain

Dalam kunjungan itu Morell didampingi pejabat Kementan dan IRRI. Antara lain adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementan Haris Syahbuddin, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri, anggota Dewan Pengawas IRRI Tahlim Sudaryanto, serta Kepala Pengembangan Bisnis IRRI Oliver Benjamin.

IRRI yang berkantor pusat di Filipina merupakan lembaga riset yang fokus pada komoditas padi. Salah satu misi yang diemban IRRI adalah memastikan keberlanjutan lingkungan pertanian melalui kemitraan dan penelitian kolaboratif.

BACA JUGA: Siasat Ditjen Hortikultura Kementan Pacu Pengembangan Varietas Cabai Unggul

Morell menambahkan, AWR yang interaktif juga sangat membantu petani, terutama dalam hal pendampingan yang dilakukan oleh para penyuluh. Dia melihat gambar-gambar di AWR cukup detail.

“Dengan ini, para ahli dari kantor pusat bisa langsung memberikan saran-saran. Teknologi yang digunakan canggih. Saya rasa, negara-negara lain tidak ada salahnya melakukan hal yang sama. Sebagai sistem kendali pertanaman, AWR sangat menarik untuk dipelajari oleh anggota IRRI yang lain,” beber dia.

Untuk diketahui, beberapa varietas padi yang dikenal luas oleh petani Indonesia adalah International Rice (IR) 5 dan 8. Kedua varietas itu dikembangkan IRRI.

Pada kesempatan sama Oliver Benjamin mengatakan bahwa negara-negara seperti Filipina, India maupun negeri lain di Asia bisa menggunakan teknologi yang dipakai AWR untuk mengontrol pertanaman, hama penyakit, lokasi banjir serta pengembangan varietas.

“Selain banyak pulau, pemerintahan yang sudah terdesentralisasi membutuhkan koordinasi dan pengawasan dalam mengelola kebutuhan pangan. AWR ini tools yang efisien untuk hal itu,” kata mantan direktur Program International Bamboo and Rattan Organisation (INBAR) yang berpusat di Beijing, China itu.(cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler