jpnn.com - Blade Runner bukan film yang menghebohkan saat baru ditayangkan. Pada 1982, film futuristis yang dibuat Ridley Scott tersebut hanya mengumpulkan USD 33,8 juta atau Rp 457,5 miliar.
Film yang diadaptasi dari novel Do Androids Dreams of Electric Sheep karya Phillip K. Dick itu sepertinya terlalu maju pada zamannya (well, tiga dekade lalu siapa yang mengenal istilah android?).
BACA JUGA: Akhirnya! Penantian Panjang Fans Maze Runner Segera Berakhir
Lalu, kenapa kita merasa dekat dengan film itu? Seiring waktu, Blade Runner memang makin bisa diterima publik. Pengakuan kritikus pun datang bertahun-tahun setelah filmnya sendiri turun dari layar bioskop.
Blade Runner mengilhami dibuatnya belasan film, dokumenter, hingga game. Dan, yang terpenting: sebuah sekuel! Blade Runner 2049 bakal tayang pekan ini.
BACA JUGA: Kingsman: The Golden Circle Gagal Balik Modal
Para kritikus memberikan review setinggi langit buat film yang dibintangi Ford dan Ryan Gosling itu. Melebihi pendahulunya.
’’Blade Runner 2049 adalah salah satu film paling memukau yang pernah kutonton. Filmnya seakan membawa kita ke masa lain. Denis Villeneuve (sutradara) menghasilkan sebuah mahakarya,’’ cuit Jenna Busch, kontributor Collider dan IGN.
BACA JUGA: Keren! Iko Uwais Bakal Main Film bareng Mark Wahlberg
Hal serupa diakui jurnalis Cinema Blend Eric Eisenberg. ’’Sci-fi noir dengan visual keren. Film terbaik tahun 2017 sejauh ini,’’ tulisnya.
’’Berita bagus! Blade Runner 2049 adalah lanjutan dan ekspansi versi orisinal yang bagus banget. Nggak berharap banyak, tapi malah jatuh cinta dengan film ini,’’ ulas kritikus New York Daily News Jordan Hoffman.
Dari skrining eksklusif, para pemerhati film itu sepakat Blade Runner 2049 layak dapat Oscar, setidaknya untuk sinematografi. Kevin Deakins, sang sinematografer, dinilai sukses menampilkan visual yang supercantik dan penuh emosi.
’’Emosi adegan bahkan bisa hanya diwakili oleh asap rokok atau debu yang melintas di sinar matahari yang menyilaukan,’’ papar Leah Greenbleat, kritikus Entertainment Weekly.
Sama dengan pendahulunya, film produksi Warner Bros. itu ber-setting tahun 2049. Tokoh utamanya seorang blade runner (pembunuh android) Officer K. yang diperankan Gosling.
Meski bertema masa depan, bukan berarti Villeneuve bakal mengobral gadget supercanggih di film itu. Para tokohnya bahkan tidak punya ponsel dan tidak bergantung pada internet.
’’Di masa depan Blade Runner, nggak ada Steve Jobs. Tidak ada yang namanya produk Apple,’’ paparnya dalam event media di London awal bulan ini.
Sutradara Arrival itu khawatir filmnya jadi monoton jika menampilkan teknologi serbacanggih. ’’Dunia virtual sangat powerful, tapi nggak bagus kalau ditampilkan dalam film. Nggak seru melihat detektif yang beraksi cuma dengan melihat Google,’’ kata Villeneuve sebagaimana dikutip CNet.
Nomine Oscars 2017 itu mengungkapkan, dirinya dan penulis naskah Hampton Fancher ingin melanjutkan jejak Ridley Scott. Yakni, menampilkan masa depan yang imajinatif, bukan realistis.
Meneruskan kisah yang dibangun Scott sangat sulit. Namun, Villenueve bersikukuh, filmnya tetap mengisahkan masa depan di dunia paralel yang mengulas banyak isu sekaligus.
’’Setting-nya memang sangat futuristis, tapi kami tetap berpegang pada isu global yang ada sekarang. Seperti isu lingkungan yang ada di versi novel, tapi tidak muncul di film pertama,’’ kata sutradara 50 tahun itu.
Dia juga menegaskan, meski mengisahkan masa depan, dirinya ingin Blade Runner 2049 tetap punya sentuhan old school. Karena itu, dia tetap memunculkan beberapa merek yang sudah musnah. Misalnya Atari dan Pan Am, layanan kargo udara terbesar Amerika Serikat.
Kerja keras Villenueve berbuah manis. Blade Runner 2049 bahkan dapat pujian dari Harrison Ford yang biasanya grumpy. Pemeran Rick Deckard itu optimistis film tersebut diterima dengan mudah oleh penonton. Berbeda dengan pendahulunya.
’’Di era itu, ide Blade Runner terbilang baru, jadi butuh waktu agar bisa diterima,’’ papar Ford.
Pemeran Han Solo di saga Star Wars itu menjelaskan, banyak isu masa depan di Blade Runner 2049 yang dikemas dengan cerdas dan menarik.
’’Salah satunya, ada ketakutanku tentang artificial inteligence yang memungkinkan kita untuk membuat keputusan kemanusiaan berdasar statistik,’’ ucapnya. (Entertainment Weekly/The Washington Post/Hollywood Reporter/fam/c17/na)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mother! Jeblok di Box Office, JLaw Umumkan Rencana Hiatus
Redaktur & Reporter : Adil