Pujian Tjahjo untuk Konsistensi Mega Jelang Ultah ke-46 PDIP

Kamis, 03 Januari 2019 – 19:43 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Mendagri Tjahjo Kumolo saat jumpa pers jelang HUT PDI Perjuangan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Kamis (3/1). Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) segera memasuki usia 46. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu akan merayakan ulang tahunnya yang ke-46 pada 10 Januari mendatang.

Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo menyatakan, eksistensi partai berlambang kepala banteng itu tak terlepas dari kepemimpinan Megawati. Politikus PDIP yang kini menjabat menteri dalam negeri (Mendagri) itu mengatakan, Megawati sangat visioner dalam melakukan kaderisasi dan menugaskan kader-kader partai pemenang Pemilu 1999 dan 2014 itu.

BACA JUGA: Ahok Segera Bebas, Sudahkah Disiapkan Jabatan di PDIP?

"Ibu Megawati itu orang yang detail. Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai," ujar Tjahjo dalam jumpa pers di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/1).

Tjahjo lantas mengisahkan karier politiknya bersama PDIP. Politikus kelahiran 1 Desember 1957 di Surakarta itu bergabung dengan PDIP saat masih bernama PDI pasca-reformasi 1998.

BACA JUGA: Pengamat: Banyak Parpol Bakal Menerima Ahok, Nih Alasannya

Selanjutnya, PDIP menjadi pemenang Pemilu 1999. Tjahjo pun lolos menjadi anggota DPR.

Pascakongres 2005, Megawati menunjuk Tjahjo menjadi wakil sekretaris Fraksi PDIP DPR 2004-2009. Sejak 2004 pula Tjahjo menyaksikan sendiri konsistensi Megawati menahan PDIP agar tak tergoda masuk ke pemerintahan hasil Pemilu 2004 dan 2009.

BACA JUGA: Jika Ahok Dukung PDIP dan Jokowi, Adi: Itu Cukup Sensitif

Megawati, tutur Tjahjo, menghadapi pergulatan besar selama 10 tahun hingga Pemilu 2014. PDIP selama 2004-2014 pun memilih konsisten berada di luar pemerintahan.

"Kekuatan PDI-P pada masa sepuluh tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis," tutur Tjahjo.

Selama PDIP di luar pemerintahan itu pula Tjahjo memperoleh tugas dari Megawati untuk menguatkan konsolidasi internal. Megawati menguatkan tiga pilar PDIP, yakni kader yang duduk di struktural kepengurusan, legislatif di DPR hingga DPRD provinsi dan kabupaten kota, serta yang menjadi kepala daerah.

Tjahjo menjelaskan, Megawati selalu mencermati kader-kader PDIP yang akan ditugaskan di kepengurusan, legislatif ataupun eksekutif. Bahkan, ada psikotes khusus bagi kader PDIP yang akan menerima penugasan.

"Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, eksekutif, atau struktur. Itu pakai psikotes. Sekjen, wasekjen, bekerja menggerakkan dan mengorganisasi tiga pilar partai. Termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. Itulah kunci kekuatan politiknya," kata Tjahjo.

Lebih lanjut Tjahjo mengatakan, Megawati juga melakukan hal serupa setelah PDIP memenangi Pemilu 2014 dan menjadi bagian dari pemerintahan. Namun, kata Tjahjo, putri Proklamator RI Bung Karno itu tetap mewanti-wanti setiap kader PDIP agar bekerja keras demi mempertahankan kemenangan pada pemilu mendatang.

"Maka dengan ultah PDIP di 10 Januari, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kami sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan," ujarnya.

Pengakuan Tjahjo diperkuat hasil penelitian pengamat politik Ujang Komarudin. Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia itu menyusun disertasi doktoral yang kini menjadi buku berjudul Ideologi Demokrasi Partai Politik.

Buku itu merupakan hasil riset Ujang tentang peran PDIP di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Menurut Ujang, konsistensi terhadap ideologi membuat PDIP mampu bertahan dan meraih simpati pemilih.

"Ideologi inilah yang membuat kader PDIP selalu kuat. Ketika disikat dia tabah, ketika digencet dia selalu mencari jalan keluar, dan ketika berkuasa dia berusaha mewujudkan ideologinya," ujar Ujang.

Namun, Ujang juga mengharapkan PDIP mampu menjadi jangkar dalam menghadapi potensi disintegrasi dan tantangan global. Menurutnya, PDIP harus mewarnai kekuatan Indonesia saat ini dan masa mendatang.

“Kalau tidak, siapa yang menjaga harapan bangsa? Kini cuma PDIP satu-satunya parpol nasionalis. Dia harus jadi jangkar kekuatan bangsa," tandas Ujang.(tan/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Harus Ingat, Cap Penista Agama Belum Hilang dari Ahok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler