Pulihkan Lingkungan Setelah Banjir Sintang, Presiden Jokowi Tanam Pohon Bersama Masyarakat

Kamis, 09 Desember 2021 – 17:40 WIB
Presiden Joko Widodo melakukan pernanaman pohon di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Foto: KLHK

jpnn.com, SINTANG - Presiden Joko Widodo melakukan pernanaman pohon sebagai upaya pemulihan lingkungan setelah terjadinya banjir di Sintang pada November lalu.

Jokowi melakukan penanaman ini bersama jajarannya yaitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, dan Bupati Sintang Jarot Winarno bersama masyarakat setempat.

BACA JUGA: Bersinergi dengan BUMN, Pupuk Indonesia Tanam 12.300 Bibit Pohon di Jatim

Salah satu upaya yang dinilai bisa menjadi solusi dari banjir di Sintang ialah melalui skema Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).

RHL diharapkan menjadi instrumen yang berdayaguna dalam format tata kelola berbasis bentang alam.

BACA JUGA: Di Depan Jokowi, Firli Sampaikan KPK Tetapkan Ratusan Tersangka

Tata Kelola bentang alam yang bersinergi dengan tata ruang adalah upaya dalam menangani Daerah Tangkapan Air (DTA) banjir yang seluas sekitar 6.941.735 hektar.

Presiden Joko Widodo pada saat memulai penanaman mengharapkan melalui upaya RHL, DTA di hulu Sungai Kapuas maupun Sungai Melawi yang rusak karena aktivitas pertambangan dan perkebunan bisa pulih kembali.

BACA JUGA: Tinjau Penanganan Banjir di Sintang, Jokowi Beri Perintah ke KLHK

"Selain kita akan juga membangun sebuah persemaian di lingkungan Sungai Kapuas dalam rangka penanaman kembali, rehabilitasi kembali hutan-hutan kita yang rusak," kata Jokowi, Rabu (8/12).

Pada kesempatan yang sama, Menteri LHK Siti Nurbaya menegaskan wilayah hulu DAS Kapuas merupakan kawasan resapan air yang harus dilestarikan karena potensi penyimpanan air tahan sebagian besar berasal dari kawasan tersebut.

"Jika kawasan ini rusak, potensi hidrologi yang besar tersebut akan hilang," ujar Menteri Siti.

Satu unit persemaian skala besar akan dibangun sehingga bisa memproduksi 10 juta bibit per tahun untuk RHL di Kalimantan Barat khususnya DTA Kapuas.

Menurut Siti, pembangunan persemaian ini dapat dilakukan dengan pola public-private partnerships.

Dengan begitu, pihak swasta turut serta secara langsung dalam tanggung jawab pemulihan lingkungan.

Dia juga menjelaskan program rehabilitasi lahan bekas tambang seluas 10 hektare ini akan menjadi tonggak rehabilitasi skala besar di DAS Kapuas yang memliki daerah tangkapan air seluas 9.659.790 hektare.

Alokasi program terencana, lanjut Siti, saat ini sudah dilakukan dan akan selalu dimutakhirkan menyesuaikan dinamika fisik dan sosial ekonomi yang berkembang.

Sinergi dengan tata ruang dilakukan agar program pemulihan tersebut menjadi bagian integral pembangunan ekonomi lokal yang berujung terbentuknya mesin pertumbuhan wilayah yang menyejahterakan masyarakat Kalimantan Barat secara keseluruhan.

"Untuk itu, pemilihan komoditas tanaman penghijauan yang memiliki manfaat lingkungan dan ekonomi adalah strategi yang ditempuh agar tercipta harmoni pembangunan ekonomi dan perbaikan mutu lingkungan," tutur Siti.

Politikus dari Partai NasDem itu mengatakan rehabilitasi lahan bekas tambang adalah upaya menurunkan suplai sedimen ke Sungai Kapuas sehingga kapasitas tampungnya terjaga dan mampu menampung limpasan dari hujan yang jatuh.

Dia mengungkapkan g+hasil penelusuran banjir yang dilakukan setelah kejadian menunjukkan bahwa aktivitas tambang di luar kawasan hutan menyumbang sedimen yang cukup banyak ke badan sungai Kapuas sehingga kapasitasnya menurun dan tidak mampu menampung limpasan air limpasan sehingga meluap dan menyebabkan banjir di sekitarnya.

Lokasi penanaman bekas tambang tersebut merupakan Areal Penggunaan Lain (APL) yang terlantar sejak 1990. Penanaman dengan pola khusus ini dilakukan dengan menggunakan teknologi kompos blok sebagai media tanam yang telah dilakukan uji coba di beberapa provinsi.

Adapun jumlah bibit yang ditanam pada lokasi penanaman ialah 4.050 batang yang terdiri dari jenis durian, alpukat, lengkeng, matoa, mangga, jambu kristal, jambu air, nangka, cempedak, jengkol, sirsak, petai, kaliandra, cemara, dan mahoni.

Jenis-jenis tanaman ini merupakan tanaman produktif yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekologi dan menambah nilai ekonomi bagi masyarakat.

Pemeliharaan secara intensif dan pendampingan kepada masyarakat juga akan dilakukan hingga tahun ketiga.

Kemudian, kegiatan pemulihan melalui rehabilitasi hutan dan lahan ini akan dikembangkan pada skala lebih luas di wilayah bekas tambang terlantar di Provinsi Kalimantan Barat. (mcr9/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Friederich
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler