Enam orang di antara para terduga teroris itu warga asli Solo. Dua lainnya berasal dari Sukoharjo, daerah yang bertetangga dengan Solo. Tak ada perlawanan dalam penangkapan delapan terduga teroris tersebut. Di lokasi penangkapan, tim densus menemukan puluhan bom rakitan siap ledak dan enam bom aktif.
Penangkapan pertama dilakukan terhadap Rudi Kurnia Putra, 45, di simpang tiga pemberhentian bus Faroka, Jalan Slamet Riyadi, Jajar. Rudi ditangkap saat turun dari bus jurusan Cilacap sekitar pukul 00.15. Densus 88 mengamankan tas cangklong bawaan Rudi.
Dari pengembangan densus atas penangkapan Rudi, sekitar pukul 04.30 Subadri ditangkap setelah salat Subuh di Masjid Al Huda. Jarak lokasi penangkapan Subadri dengan Rudi hanya sekitar 700 meter ke dalam Gang Blimbing di Jajar, Solo. Subadri dibekuk hanya sekitar 100 meter dari rumahnya.
Belum lama menangkap Subadri, sekitar pukul 07.00 tim burung hantu itu membekuk Chumaedi di rumahnya. Tempat tinggal Chumaedi satu kampung dengan Subadri, hanya berjarak sekitar 300 meter. Pada waktu yang bersamaan, densus juga menangkap Fajar, salah satu terduga teroris lain, di dekat rumahnya.
Sekitar pukul 07.00 Fajar dibekuk dengan cara ditabrak saat mengendarai motor Honda Revo berwarna silver. Dia ditangkap sepulang dari beli minuman.
"Keponakan saya nggak mungkin terlibat. Dia masih duduk di bangku SMA negeri di Solo. Tadi dia (Fajar, Red) ditabrak polisi di gang dekat rumah," ungkap Wiwin, 30, salah seorang kerabat Fajar.
Di rumah Subadri dan Chumaedi, tim elite antiteror Polri itu butuh waktu cukup lama untuk melakukan penggeledahan. Hasilnya, di rumah Subadri ditemukan 11 potong paralon yang diduga sebagai bom rakitan. Selain itu, ada bahan cair yang diduga akan digunakan untuk membuat bom kimia. Benda-benda yang diduga bom itu belum sempat dirakit.
Benda-benda tersebut masih berbentuk bungkusan bahan kimia, asam sulfat, peralatan detektor, dan bahan campuran. Rencananya, bahan-bahan tersebut dikemas di paralon sepanjang 1 meter dengan diameter 10 sentimeter. Di rumah itu, densus juga menemukan satu buku jihad.
Di rumah Chumaedi, tim Densus 88 menemukan bom berjenis sama. Yakni, 18 bom pipa rakitan. Enam di antaranya siap ledak. Empat bom dijinakkan tim densus dengan cara diledakkan di tempat. Bahan kimia yang digunakan jenis nitrabeliserin yang dicampur dengan asam sulfat.
"Empat bom sudah dirangkai dengan detonator. Jadi, kami terpaksa menjinakkan dengan meledakkan di lokasi," terang sumber tim Gegana Brimob Detasemen C Polda Jateng.
Saat melakukan olah TKP di rumah Subadri, anggota densus juga menangkap Abdurrahman. Dia dibekuk di tengah kerumunan warga yang menyaksikan operasi itu. Durrahman, panggilan Abdurrahman, ditangkap ketika hendak mendokumentasikan peristiwa tersebut.
"Tadi pagi itu adik saya izin mau nonton penggerebekan di dekat Solo Square (rumah Subadri dan Chumaedi, Red). Rencananya mau foto untuk dokumentasi, malah ditangkap," terang Diqron, kakak Durrahman.
Tak lama kemudian, sekitar pukul 08.45, anggota densus menyebar ke beberapa lokasi. Mereka menggerebek rumah Barkah Nawa di belakang kampus Institut Seni Indonesia (ISI) di kawasan Jebres. Nawa ditangkap tanpa perlawanan di rumahnya.
Bapak satu anak yang biasa melayani servis elektronik itu dikabarkan sempat mencoba kabur. Di rumah Nawa, ditemukan 20 hingga 25 botol yang berisi asam sulfat.
Juga sebuah magic jar yang sudah ditempeli detonator. Selain itu, densus menemukan dua handphone. "Saya hanya disuruh menyaksikan. Tadi ada 20-25 botol berisi cairan kimia. Kata petugas, itu bahan-bahan untuk membuat bom," papar Munawir, ketua RT setempat.
Dikabarkan, densus juga menangkap terduga lain pada waktu yang bersamaan. Yakni, Triyanto. Dia ditangkap di tempat kerjanya, di salah satu stan Pasar Harjodaksino, Gemblegan, Serengan. Dia dibekuk sekitar pukul 08.45, saat baru membuka toko servis handphone.
Lantas, densus juga dikabarkan menangkap seorang berinisial IF di dekat masjid kawasan Bacem, Grogol, Sukoharjo. Saat dikonfirmasi, Kapolresta Solo Kombespol Asjimain enggan memberikan keterangan tentang serentetan penangkapan terduga teroris itu.
Menurut dia, operasi tersebut sudah bukan wewenangnya. Sebab, tim Densus 88 masih terus melakukan pengembangan. "Belum. Belum selesai, masih dikembangkan. Tunggu tim bekerja dulu," ucap dia di lokasi penangkapan di kawasan Pajang. (tri/un/jpnn/c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akbar Harapkan Kaum Perempuan jadi Pelopor Perubahan
Redaktur : Tim Redaksi