PADANG--Puluhan buku pelajaran agama sekolah dasar (SD) memuat ajaran Syiah ditemukan di salah satu sekolah di Kota Solok. Buku-buku Syiah itu diduga juga beredar luas di Sumbar.
Peredaran buku-buku Syiah itu terungkap dalam investigasi Forum Libas Sumbar, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Padang, Paga Nagari Sumbar, Komite Penegakan Syariat Islam (KSPI) Sumbar, dan Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM) Sumbar.
Dari hasil investigasi, forum ormas Islam ini mengklaim beberapa buku pendidikan agama itu bertentangan dengan syariat Islam. Salah satunya ditemukan di SDN 07 di Kelurahan KTK, Kecamatan Lubuksikarah, Kota Solok.
"Sebagai bukti, buku-buku itu diserahkan langsung oleh Kepala SDN 07 Zuhermi didampingi Kabid Dikdas Solok Yenizal kepada tim investigasi. Jumlahnya ada 19 buah buku," ujar Ketua Umum MTKAAM Sumbar, Irfianda Abidin di redaksi Padang Ekspres (Grup JPNN), Rabu (20/2).
Ikut bersama rombongan Khairul Amri dari Forum Libas Sumbar, Jawahir dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Padang, Ibnu Agil D Ghani dari Paga Nagari Sumbar, Novendri dari Komite Penegakan Syariat Islam (KSPI) Sumbar dan Yoldinal dari An-Nabawi Syariah Hotel. Rombongan tersebut disambut Koordinator Liputan Sanny Ardhy dan awak redaksi.
Irfianda Abidin menjelaskan, buku-buku agama itu diadakan melalui dana alokasi khusus (DAK) Dinas Pendidikan Solok tahun 2010. "Sebelumnya buku ini kami dapatkan di Yogya. Setelah kami dalami ternyata buku ini memuat tentang ajaran Syiah," tandas Irfianda.
Irfianda membeberkan beberapa kejanggalan dalam buku tersebut. Pertama, menyatakan penganut di luar ajaran mereka kafir. Kedua, penganut di luar ajaran Syiah masuk neraka. Ketiga, penganut ajaran Syiah juga mengkafirkan sahabat nabi, salah satunya Umar Bin Khatab.
"Kalau menganggap ajaran di luar mereka masuk neraka, berarti kita umat Islam di Sumbar ini termasuk yang masuk neraka," tukas Irfianda.
Buku itu beredar sejak tahun 2010 dari DAK kepada 26 SD di Solok, bersamaan dengan pekerjaan fisik tahun 2010. "Buku itu diserahkan bersamaan dengan pembangunan sekolah yang masuk alokasi DAK tahun 2010 di Solok. Buku itu diserahkan oleh kontraktornya," terang Irfianda.
Dia menegaskan, buku-buku tersebut dapat merusak akidah generasi muda karena telah diedarkan di tingkat sekolah dasar. "Ini bukan masalah sepele. Anak-anak SD mudah menerima hal yang baru, sehingga dikhawatirkan terjadi perlawanan terhadap penganut Sunni ketika mereka dewasa nanti. Jangan sampai nanti kita di Sumbar terpecah belah," kata Irfianda diamini yang lain.
Dia meminta pertanggungjawaban Menteri Agama karena buku tersebut diterbitkan berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Islam No. Dj.I/250/2009. Selain itu Menteri Pendidikan juga harus bertanggung jawab karena mengalokasikan hal itu dalam DAK Dinas Pendidikan.
Adapun buku-buku itu diterbitkan oleh Trisula Adisakti, Cahaya dan Qorina. Di antaranya berjudul Qalbun Salim, Sejarah Fathimah Az-Zahra, Wanita-wanita Pilihan, Dosa-dosa Besar, dan Kisah Ajaib.
Ibnu Agil D Ghani mengkhawatirkan peredaran buku-buku pendidikan agama berisi ajaran Syiah itu meluas di Sumbar. "Kita curigai peredaran buku ini marak di Sumbar. Kita minta buku itu ditarik segera karena dapat mengacaukan akidah," tegas Ibnu Agil yang juga Ketua Paga Nagari Sumbar.
Dosen Fiqih Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN-IB) Padang, Zulkarnaini mengingatkan agar tidak menggeneralisir ajaran Syiah. Sebab, ajaran Syiah juga terdiri dari berbagai macam tingkatan. Ada ajaran Syiah moderat, ekstrem dan yang cenderung masuk ajaran Sunni.
"Bisa dinyatakan sesat ketika ajaran Syiah itu bertentangan dengan akidah. Kalau akidahnya sudah berlainan, misalnya menyatakan sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali Bin Abi Thalib sebagai Tuhan dan layak menjadi nabi, atau menganggap salah satu khalifah seperti Umar Bin Khatab, Abu Bakar Siddiq, dan Usman Bin Affan, itu bisa dikatakan sesat," tukasnya.
Terhadap peredaran buku-buku pendidikan agama yang diduga terafiliasi dengan ajaran Syiah yang sesat itu, Zulkarnaini setuju jika buku-buku pendidikan agama itu ditarik dari peredarannya.
"Jika memang buku-buku itu berisi ajaran Syiah yang bertentangan dengan akidah maka sepantasnya buku itu ditarik," tegas Ketua MUI Kabupaten Solok itu. (bis)
Peredaran buku-buku Syiah itu terungkap dalam investigasi Forum Libas Sumbar, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Padang, Paga Nagari Sumbar, Komite Penegakan Syariat Islam (KSPI) Sumbar, dan Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM) Sumbar.
Dari hasil investigasi, forum ormas Islam ini mengklaim beberapa buku pendidikan agama itu bertentangan dengan syariat Islam. Salah satunya ditemukan di SDN 07 di Kelurahan KTK, Kecamatan Lubuksikarah, Kota Solok.
"Sebagai bukti, buku-buku itu diserahkan langsung oleh Kepala SDN 07 Zuhermi didampingi Kabid Dikdas Solok Yenizal kepada tim investigasi. Jumlahnya ada 19 buah buku," ujar Ketua Umum MTKAAM Sumbar, Irfianda Abidin di redaksi Padang Ekspres (Grup JPNN), Rabu (20/2).
Ikut bersama rombongan Khairul Amri dari Forum Libas Sumbar, Jawahir dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Padang, Ibnu Agil D Ghani dari Paga Nagari Sumbar, Novendri dari Komite Penegakan Syariat Islam (KSPI) Sumbar dan Yoldinal dari An-Nabawi Syariah Hotel. Rombongan tersebut disambut Koordinator Liputan Sanny Ardhy dan awak redaksi.
Irfianda Abidin menjelaskan, buku-buku agama itu diadakan melalui dana alokasi khusus (DAK) Dinas Pendidikan Solok tahun 2010. "Sebelumnya buku ini kami dapatkan di Yogya. Setelah kami dalami ternyata buku ini memuat tentang ajaran Syiah," tandas Irfianda.
Irfianda membeberkan beberapa kejanggalan dalam buku tersebut. Pertama, menyatakan penganut di luar ajaran mereka kafir. Kedua, penganut di luar ajaran Syiah masuk neraka. Ketiga, penganut ajaran Syiah juga mengkafirkan sahabat nabi, salah satunya Umar Bin Khatab.
"Kalau menganggap ajaran di luar mereka masuk neraka, berarti kita umat Islam di Sumbar ini termasuk yang masuk neraka," tukas Irfianda.
Buku itu beredar sejak tahun 2010 dari DAK kepada 26 SD di Solok, bersamaan dengan pekerjaan fisik tahun 2010. "Buku itu diserahkan bersamaan dengan pembangunan sekolah yang masuk alokasi DAK tahun 2010 di Solok. Buku itu diserahkan oleh kontraktornya," terang Irfianda.
Dia menegaskan, buku-buku tersebut dapat merusak akidah generasi muda karena telah diedarkan di tingkat sekolah dasar. "Ini bukan masalah sepele. Anak-anak SD mudah menerima hal yang baru, sehingga dikhawatirkan terjadi perlawanan terhadap penganut Sunni ketika mereka dewasa nanti. Jangan sampai nanti kita di Sumbar terpecah belah," kata Irfianda diamini yang lain.
Dia meminta pertanggungjawaban Menteri Agama karena buku tersebut diterbitkan berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Islam No. Dj.I/250/2009. Selain itu Menteri Pendidikan juga harus bertanggung jawab karena mengalokasikan hal itu dalam DAK Dinas Pendidikan.
Adapun buku-buku itu diterbitkan oleh Trisula Adisakti, Cahaya dan Qorina. Di antaranya berjudul Qalbun Salim, Sejarah Fathimah Az-Zahra, Wanita-wanita Pilihan, Dosa-dosa Besar, dan Kisah Ajaib.
Ibnu Agil D Ghani mengkhawatirkan peredaran buku-buku pendidikan agama berisi ajaran Syiah itu meluas di Sumbar. "Kita curigai peredaran buku ini marak di Sumbar. Kita minta buku itu ditarik segera karena dapat mengacaukan akidah," tegas Ibnu Agil yang juga Ketua Paga Nagari Sumbar.
Dosen Fiqih Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN-IB) Padang, Zulkarnaini mengingatkan agar tidak menggeneralisir ajaran Syiah. Sebab, ajaran Syiah juga terdiri dari berbagai macam tingkatan. Ada ajaran Syiah moderat, ekstrem dan yang cenderung masuk ajaran Sunni.
"Bisa dinyatakan sesat ketika ajaran Syiah itu bertentangan dengan akidah. Kalau akidahnya sudah berlainan, misalnya menyatakan sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali Bin Abi Thalib sebagai Tuhan dan layak menjadi nabi, atau menganggap salah satu khalifah seperti Umar Bin Khatab, Abu Bakar Siddiq, dan Usman Bin Affan, itu bisa dikatakan sesat," tukasnya.
Terhadap peredaran buku-buku pendidikan agama yang diduga terafiliasi dengan ajaran Syiah yang sesat itu, Zulkarnaini setuju jika buku-buku pendidikan agama itu ditarik dari peredarannya.
"Jika memang buku-buku itu berisi ajaran Syiah yang bertentangan dengan akidah maka sepantasnya buku itu ditarik," tegas Ketua MUI Kabupaten Solok itu. (bis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGRI Ingin Ambil Alih Sertifikasi Guru
Redaktur : Tim Redaksi