jpnn.com, KLATEN - Setelah dua tahun digelar secara sederhana akibat kasus pandemi, Saparan Apem Yaa Qowiyyu tahun ini kembali dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat.
Sebelum acara puncak hari ini, sebelumnya juga telah dilakukan Kirab Budaya Gunungan Apem dan Haul Kyai Ageng Gribig yang diisi dengan Zikir dan Sholawat bersama.
BACA JUGA: Pengamat: Popularitas Airlangga Terdongrak Karena Sukses Tangani Covid-19
“Sudah dua tahun dilaksanakan secara sederhana, Alhamdulillah Covid-19 dapat ditangani dengan baik sehingga kemarin acara ini sudah diawali oleh Haul Kyai Ageng Gribig,” ungkap Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang berkesempatan menghadiri acara puncak Saparan Apem Yaa Qowiyyu serta membagikan apem pertama kepada masyarakat, Jumat (16/9).
Kehadiran Airlangga dalam kesempatan tersebut adalah bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya, sekaligus penghormatan dan upaya merawat peninggalan leluhur, dimana Airlangga Hartarto sendiri masih merupakan keturunan langsung dari Kyai Ageng Gribig.
BACA JUGA: PAN: Airlangga Calon Prioritas KIB, Khofifah Masuk Radar
Saparan Apem Yaa Qowiyyu sendiri merupakan inovasi strategi dakwah yang dilakukan Kyai Ageng Gribig dengan membagikan apem kepada masyarakat yang dimulai sejak 403 tahun yang lalu.
Pembagian apem tersebut menjadi simbol fisik dari andum atau berbagi ampunan kepada sesama manusia yang merupakan ajaran dalam dakwah budaya yang disebarkan oleh Kyai Ageng Gribig.
BACA JUGA: Airlangga dan Ganjar Bersatu, Melempar Apem dari Panggung, Warga Antusias
Tradisi andum pada awalnya mulai dilakukan Kyai Ageng Gribig guna memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat dalam mengamalkan kebajikan berupa sedekah kepada sesama sehingga dapat mendorong terciptanya masyarakat yang damai dan saling peduli.
Hingga kini, budaya sedekah tersebut tetap dijalankan masyarakat dan terlihat melalui pembagian sekitar hampir 5 ton apem yang merupakan hasil sumbangsih masyarakat dari berbagai wilayah untuk memeriahkan kegiatan Saparan Apem Yaa Qowiyyu tersebut.
Selain menjadi simbol kebajikan dalam mengamalkan sedekah, antusiasme masyarakat dalam memperebutkan pengambilan apem juga memiliki filosofi bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan diperlukan usaha yang keras untuk mendapatkannya, sehingga masyarakat diajarkan untuk dapat meningkatkan tekad dan ikhtiar dalam mencapai hal yang diinginkan.
Selain menjadi wujud dalam melestarikan budaya leluhur, kegiatan Saparan Apem Yaa Qowiyyu juga telah mampu mendorong bergeraknya kembali perekonomian masyarakat lokal di Jatinom.
Hal tersebut diantaranya terlihat dari tingginya lonjakan permintaan apem dan berbagai penganan lokal yang dijajakan, termasuk permintaan dari para wisatawan yang ikut hadir dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Saparan Apem Yaa Qowiyyu adalah inovasi pada jamannya Kyai Ageng Gribig untuk melakukan dakwah secara damai, dan saat ini berdampak juga pada geliat ekonomi masyarakat yang bergerak,” pungkas Airlangga. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif