jpnn.com - BERAU - Meski kaya dengan sumber daya alam, sejumlah daerah masih memiliki infrastruktur pendidikan yang masih terbatas. Di Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur misalnya. Di daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Teluk Bayur itu masih kekurangan sarana pendidikan.
Anak-anak Tasuk harus berjuang lebih keras untuk bersekolah di Kecamatan Teluk Bayur maupun Tanjung Redeb.
BACA JUGA: Kepriben Kiye? Materi UGK tak Nyambung dengan Mapel Guru
Mengandalkan perahu ketinting, setiap pagi puluhan pelajar dan guru menyeberangi Sungai Segah yang memisahkan kampung mereka.
Dalam pantauan Berau Post (Jawa Pos Group), setiap pagi, pelajar dari berbagai jenjang pendidikan sudah berkumpul di dermaga kampung. Tak hanya pelajar, ada juga guru. Mereka menunggu giliran untuk menyeberang. Untungnya, ketinting yang setiap hari melayani penyeberangan dari Tasuk ke Teluk Bayur, cukup banyak. Jadi, antrean untuk menyeberang tidak terlalu panjang.
BACA JUGA: Paraaaah! Uji Kompetensi Guru Penuh Pungli
Toniansyah, salah seorang guru dari Kampung Tasuk, menyebut rutinitas penyeberangan mereka sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Rata-rata, dia menyatakan, anak-anak Tasuk menuntut ilmu ke sekolah di Teluk Bayur.
“Kalau yang SMA, juga ada yang di Tanjung Redeb,” terangnya.
BACA JUGA: Menteri Yuddy Dukung IAIN Sultan Maulana jadi UIN
Tak jarang, seragam sekolah mereka basah karena pecikan air saat menyeberang sungai. “Malah kalau hujan pasti basah kuyup. Tetapi, mereka tetap sekolah, paling nanti kering sendiri,” kata Toni, panggilan akrabnya.
Yang paling rawan saat arus sungai tengah deras. Motoris ketinting yang mengangkut pelajar harus ekstrahati-hati jika tidak ingin penumpangnya tercebur ke sungai. “Ya, itu kadang terjadi,” katanya.
Jarak antara dermaga di Kampung Tasuk dan dermaga di Teluk Bayur bisa ditempuh sekitar 15 menit menggunakan ketinting. (akr/far/k8)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Pelajar Mempelajari DPD RI
Redaktur : Tim Redaksi