jpnn.com, BANGKOK - Sudah bukan rahasia lagi bahwa Raja Maha Vajiralongkorn adalah seorang don juan. Sejak muda, dia suka berganti-ganti pasangan. Penguasa 66 tahun itu bahkan berselingkuh dan mempunyai lima anak di luar nikah. Daya tariknya bisa dibilang bukan fisik yang rupawan, melainkan harta kekayaan. Dia lahir dengan sendok perak di mulut.
Berdasar laporan Business Insider 2018 lalu, Vajiralongkorn adalah raja terkaya di dunia. Harta kekayaan pribadinya diperkirakan mencapai USD 30 miliar atau setara dengan Rp 428,05 triliun. Sebagian besar harta kekayaannya merupakan warisan dari ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej, yang meninggal pada 2016. Harta itu tidak termasuk kekayaan kerajaan.
BACA JUGA: Maha Vajiralongkorn, Raja Baru Thailand yang Kerap Terjerat Skandal
Sebagian besar harta kekayaan raja diurus Badan Properti Kerajaan. Vajiralongkorn memiliki 6.560 hektare lahan di negeri yang kini resmi dia pimpin. Tanah tersebut disewakan. Total, ada 40 ribu kontrak sewa. Sekitar 17 ribu di antaranya ada di Bangkok. Beberapa di antaranya disewa untuk mendirikan mal. Antara lain, pusat perbelanjaan Siam Paragon, Siam Discovery, dan Siam Centre.
BACA JUGA: Maha Vajiralongkorn, Raja Baru Thailand yang Kerap Terjerat Skandal
BACA JUGA: Penobatan Raja Dinilai Pengalihan Isu Kecurangan Pemilu Thailand
Tak seperti sang ayah yang pasrah pada Badan Properti Kerajaan, Vajiralongkorn lebih memilih menangani sendiri urusan finansialnya. Dulu lembaga itu berada di bawah Kementerian Keuangan. Tetapi, sejak Maret tahun lalu, Vajiralongkorn menunjuk ajudannya, Laksamana Jenderal Penerbangan Satitpong Sukvimol sebagai pemimpin Badan Properti Kerajaan.
Memiliki orang tua kaya raya sejak muda membuat Vajiralongkorn hidup foya-foya. Dia bahkan dijuluki playboy price gara-gara suka bermain wanita. Bahkan, ketika ayahnya terbaring lemah di rumah sakit selama dua tahun, Vajiralongkorn enggan pulang.
BACA JUGA: Raja Thailand Nikahi Pengawal
Dia lebih memilih tinggal di rumah mewahnya di Jerman dan bersenang-senang. "Itu (tinggal di luar negeri) adalah bentuk menghindari aturan protokoler di Thailand," ujar peneliti senior urusan politik Asia Tenggara di French Institute of International Relations Sophie Boiddeau du Rocher kepada Reuters. (sha/c20/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Jenderal
Redaktur & Reporter : Adil