Penobatan Raja Dinilai Pengalihan Isu Kecurangan Pemilu Thailand

Minggu, 05 Mei 2019 – 06:31 WIB
Prosesi penobatan Maha Vajiralongkorn sebagai raja Thailand berlangsung di Bangkok kemarin, Sabtu (4/5). Foto: AFP

jpnn.com, BANGKOK - Bulir-bulir keringat mengalir di kening Chalermpan Rangsriman. Suhu udara di Thailand kemarin, Sabtu (4/5) memang cukup panas, mencapai 38 derajat Celsius. Apalagi, pria 62 tahun itu sedang tidak enak badan. Tapi, dia toh tetap bersikukuh datang ke Grand Palace, Bangkok, hanya untuk melihat sekilas prosesi penobatan Maha Vajiralongkorn sebagai raja Thailand.

Penobatan raja baru itu tertunda dua tahun karena Thailand berkabung atas kematian sang ayah. "Saya senang melihat prosesi ini. Kini kami punya raja sepenuhnya dan negara ini akan menjadi lebih baik," ujar Chalermpan sebagaimana dikutip Associated Press.

BACA JUGA: 3 Petugas KPPS jadi Tersangka Coblos Surat Suara Tidak Ditahan

Sebagian besar warga Thailand saat ini tak pernah melihat proses pengangkatan raja. Kali terakhir upacara itu dilakukan pada 1950 ketika mendiang Bhumibol Adulyadej, ayah Vajiralongkorn, dinobatkan sebagai raja.

"Saya bersumpah untuk memerintah kerajaan dengan mengikuti petunjuk raja sebelumnya dan memerintah dengan kebenaran untuk kepentingan semua orang selamanya," ujar Vajiralongkorn setelah upacara penobatan sebagaimana dikutip The Guardian.

BACA JUGA: Istri Jenderal

Selama ini banyak spekulasi bergulir bahwa raja yang dililit banyak kontroversi itu tidak ingin mengemban tanggung jawab memimpin negeri. Dia lebih suka berlaku seenaknya seperti biasanya. Bahkan, selama dua tahun ini, Vajiralongkorn lebih banyak tinggal di rumah mewah miliknya di Lake Starnberg, Munich, Jerman.

Raja kelahiran 28 Juli 1952 itu bahkan sangat jarang tampil di depan publik. Justru sang adik, Putri Maha Chakri Sirindhorn, yang lebih dikenal dan dekat dengan rakyat.

BACA JUGA: Ingin Tambah Perolehan Suara tapi Bayar? Jangan Percaya

Tapi, belakangan raja yang menikah empat kali itu sepertinya mulai menjalankan kewajibannya. Dia bahkan ikut campur dalam pemilu yang berlangsung 24 Maret lalu. Salah satunya dengan melarang sang kakak, Putri Ubolratana Rajakanya, mencalonkan diri.

"Raja yang baru sangat tegas, sangat pemberani, tidak seperti ayahnya," ujar pengamat sosial Thailand Sulak Sivaraksa.

Mendiang Raja Bhumibol dianggap sebagai figur yang bisa mempersatukan rakyat di tengah kekacauan politik di Thailand. Dia melakukannya dengan halus tanpa ikut campur tangan langsung.

Sebaliknya, Vajiralongkorn secara terbuka mendukung junta militer. Di Thailand, kekuasaan tertinggi memang berada di kerajaan. Tapi, kerajaan juga ditopang militer.

Hasil pemilu hingga saat ini belum keluar sepenuhnya. Ditunda hingga proses pengangkatan raja usai. Pemilu pertama sejak kudeta militer 2014 itu membuat rakyat terbelah. Pro-junta militer dan prodemokrasi menguasai kursi hampir sama banyaknya.

"Upacara penobatan ini menjadi pengalih kemarahan atas penyimpangan dalam pemilu," ujar pakar politik Thailand dari Naresuan University Paul Chambers sebagaimana dikutip AFP.

Saat ini rakyat menanti sikap Vajiralongkorn untuk menghadapi hasil pemilu. Dia pernah meminta agar konstitusi diubah dan permintaannya disetujui.

Perubahan itu membuatnya lebih berkuasa dan secara eksplisit menyatakan haknya untuk ikut campur dalam urusan pemerintahan, terutama di masa krisis politik. Pekan depan, ketika hasil pemilu keluar, Vajiralongkorn mungkin harus menggunakan kuasanya itu. (sha/c17/ttg)

Simak Video Pilihan Redaksi : 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rizal Ramli: Presiden Hasil Curang tak Akan Perhatikan Nasib Rakyat Kecil


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler