Pupuk Indonesia dapat Dukungan dan Kementerian BUMN untuk Pengembangan Amonia

Kamis, 30 Maret 2023 – 19:49 WIB
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman membeberkan tentang rencana pengembangan amonia. Foto dok humas Pupuk Kaltim

jpnn.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia diminta untuk memainkan peranan dalam menggunakan energi bersih dalam bisnisnya, salah satunya melalui penggunaan amonia.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury mengatakan penggunaan amonia biru dan hijau di dunia akan terus meningkat di masa depan.

BACA JUGA: Pupuk Kaltim Hadirkan 3 Program Magang, Diikuti 133 Peserta se-Indonesia

Hal itu diungkapkan Pahala saat menjadi pembicara kunci di ajang Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 di Jakarta, Kamis (30/2).

“Beberapa prediksi yang dilakukan oleh lembaga think tank menyebut 12 persen dari energi dunia jelang 2050 akan menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan saya rasa ini bisa menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia," kata Pahala.

BACA JUGA: Peringati HUT ke-25 Kementerian BUMN, 17.528 Orang Ramaikan Jalan Sehat Bersama Pupuk Indonesia

Dia pun yakin bahwa PT Pupuk Indonesia bisa mengembangkan amonia biru dan hijau dengan cara bekerja sama dengan sejumlah pihak baik dari dalam negeri seperti Pertamina dan juga dengan pihak luar.

Menurut Pahala, penggunaan amonia bisa membantu target pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih pada 2030.

BACA JUGA: Keren! Pupuk Indonesia Group Borong 16 Penghargaan Kehumasan PR Indonesia Awards 2023

Oleh karena itu, berbekal SE Menteri BUMN terkait dekarbonisasi yang baru saja diterbitkan, Pahala meminta PT Pupuk Indonesia dan BUMN lainnya yang mempunyai kontribusi besar dalam pengurangan emisi nasional untuk membuat peta jalan dalam penggunaan energi bersih.

Dalam rangka menciptakan ekosistem amonia, PT Pupuk Indonesia menggelar Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan forum ini diluncurkan sebagai bentuk dukungan untuk mempromosikan ekosistem amonia bersih (rendah karbon).

Menurut Bakir, Pupuk Indonesia berharap melalui PICAF 2023 bisa mempercepat implementasi inovasi teknologi dan pengembangan kebijakan untuk memperkuat rantai nilai amonia bersih.

Hal ini merupakan perpanjangan dari komitmen Pupuk Indonesia untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.

Pupuk Indonesia, saat ini, telah memiliki pengalaman lebih dari 50 tahun di industri amonia. Oleh karena itu, keahlian tersebut memungkinkan untuk melihat potensi amoniak bersih untuk mendukung transisi energi rendah karbon.

"Lewat pengembangan amonia bersih, Pupuk Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung pencapaian emisi nol bersih, yang menargetkan untuk mengurangi emisi karbon setara dengan lima juta ton CO2 pada 2050,” kata Bakir.

Bakir berharap inisiatif pengembangan ekosistem amonia bersih akan memicu efek berlipat bagi perekonomian Indonesia, sekaligus mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih.

"Kami optimistis, PICAF 2023 dapat memberikan manfaat bagi seluruh peserta dan menjadi momentum mendorong terciptanya ekosistem amonia bersih di Indonesia," ucap Bakir.

Penasihat Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Triharyo Soesilo mengungkapkan sejumlah poin penting yang harus dilakukan oleh PT Pupuk Indonesia jika tertarik mengembangkan amonia biru dan hijau.

Triharyo menuturkan salah satu poin penting yang hingga saat ini belum dilakukan yaitu, menjalin kerja sama dengan perusahaan bawah permukaan yang memiliki kapasitas reservoir (penyimpanan) CO2 untuk bisa sukses mengembangkan Amonia Biru dan Hijau.

“Kembali ke ketertarikan Pupuk Indonesia untuk mengembangkan amonia biru dan juga amonia hijau, saran saya tentang Kementerian ESDM, nomor satu, kalau ingin melakukan harus bekerja dengan perusahaan di bawah permukaan,” tutur Triharyo.

Tak hanya itu, Triharyo juga mengatakan bahwa diperlukan pemahaman tentang pasar karbon untuk mengembalikan sebagian biaya investasi CCS/CCUS Capex dan Opex, guna meningkatkan keekonomiannya.

“Kedua, Pupuk Indonesia harus menemukan dan mengembangkan pemasaran karbon sendiri. Anda sangat ahli menjual karbon sendiri, urea, amonia, dan membeli sulfur dan fosfat. Namun, harus mulai mengembangkan keahlian ekonomi karbon,” jelasnya.

Plt.Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengungkapkan permintaan amonia global diprediksi mencapai 688 juta ton pada 2050. Jumlah ini meningkat tiga kali dibandingkan permintaan pada 2025.

“Biaya produksi amonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD 310-610 per ton pada 2050. Saat ini, biaya produksi amonia berbahan dasar gas alam dan batu bara yaitu USD 110-340 per ton. Carbon Capture Storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD 100-150 per ton, sehingga biaya produksi rendah karbon berbasis fosil menjadi USD 210-490 per ton,” jelas Warsito.(mcr10/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler