jpnn.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (persero) mengimbau petani untuk mewaspadai peredaran pupuk palsu.
Kepala Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana meminta petani untuk mencermati kemasan dan bentuk pupuk sebelum melakukan pembelian.
BACA JUGA: Sebanyak 12 Putra-Putri Papua Ikuti Program Perekrutan Pupuk Indonesia
“Peredaran pupuk palsu maupun pupuk berkualitas rendah ini, tentunya sangat merugikan petani, karena tidak berpengaruh apapun terhadap pertumbuhan tanaman," kata Wijaya.
Wijaya lantas membeberkan beberapa ciri kemasan pupuk bersubsidi asli baik itu Urea maupun NPK Phonska dan SP36.
BACA JUGA: 5 Anak Usaha Pupuk Indonesia Raih Penghargaan PROPER
Di antaranya yakni menampilkan logo Pupuk Indonesia di depan karung dan tulisan Pupuk Bersubsidi Pemerintah, Barang Dalam Pengawasan.
Karung juga mencantumkan nomor call center, nomor standar SNI, nomor registrasi produk dan nomor izin edar.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Gunakan Gudang Berteknologi Modern
“Kami juga mencantumkan bag code dan stamp di bagian belakang untuk memudahkan penelusuran bila terjadi penyimpangan pupuk bersubsidi," tutur Wijaya.
Selain itu, kandungan pupuk juga tercantum dengan jelas, 46 persen nitrogen untuk produk urea, 15-15-15 untuk NPK Phonska, dan 36 persen fosfat serta 5 persen sulfur untuk SP36.
Adapun untuk urea bersubsidi, ciri-cirinya adalah berbentuk prill atau granul (butirannya lebih besar), berwarna pink, NPK Phonska berwarna pink kecoklatan, dan SP36 warnanya abu-abu.
“Bentuk butirannya agak besar, atau berbentuk granul," jelas Wijaya.
Dia juga mengimbau agar petani maupun kelompok tani membeli pupuk di kios-kios resmi agar lebih terjamin kualitas dan keasliannya.
Wijaya juga menyatakan apresiasi dan dukungannya kepada penegak hukum atas upaya-upaya membongkar praktek peredaran pupuk palsu maupun jenis pupuk kualitas rendah.
“Hati-hati juga terhadap jenis pupuk abal-abal yang nama dan kemasannya dimiripkan dengan produk Pupuk Indonesia Grup, khususnya produk-produk Petrokimia Gresik. Kami tentunya menyesalkan ada pihak-pihak yang mencoba mengambil keuntungan dari petani dengan cara yang tidak baik. Selain itu, pupuk palsu ini juga sangat mengganggu program ketahanan pangan," tandas Wijaya.
Pupuk Indonesia dan para produsen pupuk, juga telah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah penyimpangan pupuk di lapangan, terutama untuk produk bersubsidi.
Seperti melakukan monitoring stok pupuk bersubsidi secara online, penebusan DO online, call center serta pencantuman bag code untuk melacak kode produksi produk bila terjadi penyimpangan.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy