jpnn.com, JAKARTA - Stres bisa menimpa siapa saja. Namun, ini jangan dianggap remeh sebab bila dibiarkan akan menjadi burnout atau stres akut
Menurut dr Monika Joy Reverger SpKJ, kondisi seseorang yang mengalami situasi burnout tidak dapat disepelekan. Jika tidak ditangani, burnout berdampak fatal.
BACA JUGA: Sisi Gelap Algoritma TikTok yang Mengancam Kesehatan Jiwa dan Pikiran Pengguna
"Burnout bisa menjadi pencetus depresi dan gangguan kesehatan fisik maupun mental," ujar Dokter Monika dalam keterangannya, Sabtu (16/10).
Dokter spesialis kesehatan jiwa di Siloam Hospitals Bali ini menambahkan burnout berbeda dengan rasa bosan. Burnout erat dengan rutinitas.
BACA JUGA: Dokter Kesehatan Jiwa Ingatkan Orang Tua Dampak Pandemi terhadap Anak
Burnout sering terjadi pada karyawan, pekerja rutin, bahkan ibu rumah tangga. Ini karena lokasi dan aktivitas sama terus, dilakukan berulang ulang bahkan tahunan.
"Itu ditandai dengan kelelahan fisik, emosional dan juga karena bayangan ekspektasi di pekerjaan belum juga tercapai, selalu menimbulkan rasa tidak nyaman ini," tuturnya.
BACA JUGA: Kenali Burnout Syndrome Akibat Terlalu Lama Work From Home
Jika kondisi tersebut dirasakan hingga lebih dari satu minggu, lanjut Dokter Monika sebaiknya segera berkonsultasi dengan pihak medis atau dokter ahli.
Fenomena burnout bisa ditangani dan disembuhkan. Namun sebelum melakukan tindakan secara medis, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuka komunikasi.
Bagi para profesional yang merasakan gejala burnout ini, Dokter Monika menyarankan membuka komunikasi. Sampaikan gejala ini kepada pimpinan atau rekan sekerja.
"Ini bermanfaat untuk mengurangi beban kerja. Sama halnya dengan menciptakan suasana rumah tangga yang nyaman dan tenteram," tutur dr Monika.
Dia menyebutkan berlibur, meditasi, memenuhi jam tidur yang cukup dan rutin berolahraga merupakan cara terbaik dalam mengurangi sekaligus menghilangkan burnout yang hinggap pada diri manusia.
Dia mengingatkan bahwa mencegah burnout adalah berhenti dari rutinitas pekerjaan atau memvariasikan rutinitas. Namun, pada antiisipasi untuk keputusan tersebut, terlebih dahulu lihat hal positifnya.
Cari sisi positif dalam pekerjaan itu, bersosialisasi dengan rekan kerja, jaga kesimbangan dengan melakukan hobi atau ambil cuti untuk berlibur.
Jika kondisi burnout dirasa berkepanjangan, jangan ragu menemui atau berkonsultasi dengan dokter kejiwaan karena tidak berarti dinyatakan 'kurang waras'. Sebab, dokter akan melakukan observasi, edukasi termasuk modifikasi.
"Pada kondisi tertentu akan dibantu dengan obat-obatan, komunikasi ke orang atau ahli yang tepat menjadi kunci dalam penyembuhan pasien penderita burnout," ujar Dokter Monika. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad