"Undang-undang (soal adopsi) tersebut mulai berlaku pada 1 Januari mendatang," terang Kremlin dalam pernyataan tertulisnya. Media menyebut disahkannya peraturan kontroversial tersebut sebagai balasan terhadap Negeri Paman Sam atas hukum yang mereka berlakukan terhadap politisi Rusia akibat kasus kematian Sergei Magnitsky pada 2009.
Peraturan soal adopsi itu menjadi undang-undang paling radikal terhadap AS selama masa pemerintahan Putin. Tidak hanya memantik keberatan dari Washington, peraturan yang ditandatangani kemarin itu pun menuai protes dari dalam negeri. Para aktivis dan sejumlah menteri pun mengecam Putin atas perundangan yang dianggap diskriminatif tersebut.
Rabu lalu (26/12) perundangan soal adopsi itu lolos di majelis rendah parlemen (Duma). Pada hari yang sama, Dewan Federasi yang merupakan majelis tinggi parlemen Rusia juga memberikan dukungan penuh terhadap perundangan tersebut. Selanjutnya, perundangan itu diajukan kepada Putin. Kamis lalu (27/12) alumnus Leningrad State University itu menyatakan dukungannya terhadap perundangan tersebut.
Perundangan yang dinilai anti-AS itu lahir dari hasil pemikiran para politikus yang loyal terhadap Kremlin. Mereka tidak menerima dengan undang-undang yang diterapkan AS terhadap para pejabat Rusia yang terlibat dalam kasus kematian Magnitsky. Karena itu, dalam hitungan hari, para poltikus pro-Kremlin itu menyusun undang-undang kontroversial untuk menyaingi ketetapan Washington.
Tapi, sejumlah menteri tidak merestui aksi balas dendam tersebut. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Olga Golodets, pejabat urusan sosial kabinet Rusia, menentang keras perundangan adopsi itu. Menurut mereka, Kremlin punya cara lain yang lebih elegan untuk melawan AS. Apalagi, selama ini AS-lah yang paling banyak mengadopsi anak-anak yatim piatu Rusia.
Tahun lalu tercatat sekitar 1.000 anak yatim piatu Rusia diadopsi oleh keluarga asal AS. Selama ini AS juga menjadi negara tujuan utama anak-anak yatim piatu Rusia. Baik untuk mendapatkan orang tua asuh atau memperbaiki penghidupan mereka dengan mengadu nasib di negeri adi kuasa tersebut. Namun, Putin menepis semua itu. Menurut dia, Rusia masih lebih menjanjikan ketimbang AS. (AFP/AP/hep/c4/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Bocah Palestina Disiksa Israel Selama 2012
Redaktur : Tim Redaksi