jpnn.com, BALI - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membenarkan anomali panas di Gunung Agung, Bali yang juga terdeteksi oleh satelit milik NASA.
"Anomali panas memang sudah terdeteksi, bisa dilihat di darat ada sinar api setiap malam," ujar Kabid Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika di Pos Pemantauan Rendang kepada Bali Express, Selasa (28/11).
BACA JUGA: Garuda Mulai Terbangkan Penumpang Dari dan Menuju Lombok
Dia menjelaskan, melihat kondisi tersebut diprediksi bahwa magma dengan volume yang besar sudah menjadi lava dan mengisi permukaan kawah. "Diprediksi magma dengan volume signifikan sudah tampak di permukaan," paparnya.
Menurutnya, sejak kemarin malam lava sudah beranjak memenuhi lantai kawah. Sehingga pancaran cahaya api makin membesar.
BACA JUGA: Citilink Buka Kembali Penerbangan Surabaya-Lombok
Selain itu, saat ini energi Gunung Agung masih sangat tinggi. Sehingga berpeluang terjadi letusan secara eksplosif. "Hal ini ditunjukkan dengan adanya hujan batu dengan intensitas panas mencapai 500 derajat celcius," ungkapnya.
Dengan melihat adanya hujan batu ini pihaknya memprediksi akan terjadi letusan yang sangat dahsyat pada Gunung Agung.
BACA JUGA: Gubernur Bali Minta Hotel Gratis Buat Backpacker
“Ada dua letusan yang kemungkinan akan terjadi, pertama letusan efusif di mana magma cepat memenuhi kawah dan meluber keluar gunung menjadi lahar panas dan diikuti dengan awan panas guguran," katanya.
Namun ditanya kapan akan terjadi letusan puncak, pihaknya belum bisa memprediksi dengan pasti. Namun, Suantika juga tak menampik adanya kemungkinan letusan puncak terjadi dalam waktu dekat dan tidak sampai satu bulan sejak letusan magmatik sesuai pengalaman letusan tahun 1963.
"Kalau kondisinya meningkat, bisa dalam waktu dekat, tidak sampai satu bulan," pungkasnya. (bx/gus/bay/yes/jpr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harus Ada Terobosan Atasi Imbas Erupsi Gunung Agung
Redaktur & Reporter : Adek