jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap media massa dan insan pers turut menyebarkan optimisme di tengah masyarakat dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional.
"Di luar negeri, media memberitakan tentang resesi sehingga terjadi kepanikan di masyarakat. Pengusaha menahan ekspansi usahanya, sebagian nasabah berbondong-bondong menarik dana di bank," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir pada seminar nasional 'Peran Pers Terhadap Pemulihan dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia' yang diinisiasi PWI Pusat di Jakarta, Kamis (27/10).
BACA JUGA: PWI Keluarkan Larangan, Seluruh Wartawan Indonesia Wajib Tahu
Menurut dia, seluruh komponen masyarakat termasuk pers harus berkontribusi menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional setelah pandemi Covid-19.
"Lockdown atau pembatasan skala kecil seperti PPKM membuat aktivitas ekonomi menjadi terhenti karena orang berada di dalam rumah," ujar Iskandar.
BACA JUGA: 5 Bisnis yang Tahan Banting saat Resesi, Nomor 1 soal Bodi
Seminar nasional Peran Pers Terhadap Pemulihan dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia' yang diinisiasi PWI Pusat di Jakarta, Kamis (27/10). Foto: dari Humas PWI
Ketika semua orang di rumah maka sulit memproduksi barang. "Tidak mungkin melalui Zoom atau seminar seperti sekarang. Sehingga akhirnya apa yang terjadi, disrupsi," katanya.
BACA JUGA: Kemenko Perekonomian: Kelapa Sawit Sangat Penting untuk Negara
Pemerintah pun mengambil sejumlah langkah di antaranya implementasi UU Cipta Kerja, pemberian stimulus fiskal, hingga optimalisasi tim pengendali inflasi di tingkat pusat dan daerah demi berjalannya perekonomian.
"Sekali lagi peran media dibutuhkan untuk mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah agar tata kelolanya dalam jalur yang benar," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesis (PWI) Pusat Atal S Depari mengatakan saat ini ada ancaman yang serius. Konflik geopolitik pascapandemi telah memicu berbagai krisis. Dunia diliputi ketidakpastian dan kegelapan.
"Kondisi hari ini membuat banyak sektor harus siaga penuh dalam mempersiapkan keadaan terburuk yang mungkin hadir," kata Atal.
Selain itu krisis keuangan, pangan, dan energi global yang terjadi sekarang ditambah dengan tekanan inflasi menjadikan dunia dibayangi dengan ancaman resesi.
Dengan adanya ketidakpastian yang terutama diakibatkan oleh The Perfect Storm, sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 berada pada kisaran 2,3 persen-2,9 persen.
Proyeksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen - 3,2 persen.
"Indonesia juga harus hati-hati dan waspada," ucap Atal.
Menurut Atal, Asian Development Bank (ADB) masih optimististis dengan kinerja perekonomian Indonesia. Sebab, pemulihan ekonomi Indonesia dianggap masih berada pada jalurnya.
"Berbicara mengenai ancaman krisis, pasti sebagai makhluk hidup membutuhkan makan, jadi sudah sepantasnya mempertanyakan bagaimana pemerintah mempersiapkan, menghindarkan negara dari krisis pangan," tutur Atal.
Dia menegaskan, PWI Pusat sebagai organisasi yang menaungi puluhan ribu wartawan dari seluruh Indonesia ingin menjalankan peran strategis pers.
Salah satunya mendorong optimisme dan memberikan dukungan kepada pemerintah serta pelaku multisektor industri di Indonesia.
"Kegiatan seminar ini merupakan bentuk konkret dukungaan organisasi pers. Kami ingin mempertegas peran kami sebagai bagian dari pers Indonesia untuk terus tanpa lelah berusaha membantu pemerintah menyelesaikan dan menghadapi tantangan-tantangan bangsa ke depan di berbagai sektor," kata Atal.
Seminar ini menghadirkan sejumlah pakar ekonomi sebagai pembicara, seperti Kepala Badan Pangan RI Arief Adi Prasetyo yang diwakilkan, Dirut PT. Bank Tabungan Negara Heru Koesmahargyo yang juga diwakilkan, Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, dan dan Dirjen IKP Kominfo RI Usman Kansong. (hpwi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi