jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari berbagai lembaga survei menyentuh angka 80 persen, sementara yang tidak puas hanya 20 persen.
Menurut Qodari, tingginya angka kepuasan tersebut mencerminkan peta suara bagi kandidat calon presiden yang akan bertanding di Pilpres 2024, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
BACA JUGA: Ketua LARI Pangeran Nilai Ganjar Punya Gagasan Paling Konkret di Pilpres 2024
Qodari mengatakan hal itu dapat menjadi penentu arah kemenangan siapapun kandidat yang memiliki aura lebih kuat dengan Jokowi.
Dia meyakini 80 persen masyarakat yang puas itu akan memilih calon yang didukung Presiden Jokowi.
BACA JUGA: Temui Iwan Bule, ProJo Jabar Kembali Tegaskan Siap Menangkan Prabowo di Pilpres 2024
“Sebetulnya kalau kita bicara suara, peta suara pada hari ini pertama-tama bukan peta suara tiga kandidat, tapi peta suara Pak Jokowi, peta suara dari masyarakat, peta opini dari kalangan publik yang puas atau tidak puas dengan Pak Jokowi,” ujar Qodari, dalam sebuah diskusi, dikutip dari Gelora TV, Kamis (21/9/2023).
“Yang puas kepada Pak Jokowi sekarang ini angkanya 80 persen, yang tidak puas 20 persen,” imbuhnya.
BACA JUGA: Prabowo-Airlangga Berpotensi Menang di Pilpres
Oleh karena itu, bagi Qodari tidak aneh jika kemudian Anies Baswedan bacawapres yang mengusung gagasan perubahan surveinya tertinggal jauh di antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Sebab, masuk pada ceruk masyarakat yang tidak puasa yang hanya berkisar 20 persen.
“Oleh karena itu, pasar suaranya Anies Baswedan yang ingin melakukan perubahan, yang tidak puas dengan Pak Jokowi itu cuma sekitar 15-20 persen itu,” ungkapnya.
Sementara kata Qodari, persaingan ketat terjadi antara Prabowo dan Ganjar yang sama-sama berkeinginan melanjutkan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Dan, 80 persen sisanya itu diperebutkan oleh Ganjar dan Prabowo. Makanya angka mereka berdua ini ya beda-beda tipis saling kejar satu dengan yang lain,” urainya.
Lebih lanjut, Qodari menuturkan Prabowo dan Ganjar konsisten dengan gagasan keberlanjutan, sehingga keduanya berebut pengaruh baik dalam atribut gambar, tagline maupun narasi dalam sosialisasinya di berbagai kesempatan yang mengidentikan diri dengan Presiden Jokowi.
“Nah, yang akan menang adalah yang aura Pak Jokowi nya paling kental. Selama ini kan aura Pak Jokowi itu berusaha direbut dengan gambar, berusaha direbut dengan momentum, peristiwa dan seterusnya,” ucap Qodari.
Namun, lanjut Qodari, ada satu variabel baru yang menjadi kata kunci yang akan merubah peta suara secara dramatis, yakni putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal gugatan batas minimal usia capres-cawapres. Jika itu dikabulkan, posisi putra sulung Jokowi yakni Gibran Rakabuming potensial menjadi cawapres.
“Saya membayangkan kalau nanti Gibran ini jadi calon wakil presiden entah sebagai wakilnya Ganjar atau Prabowo, itu nanti suara pendukung Jokowi yang 80 persen itu akan melimpah ke pasangan yang ada Gibran sebagai wakilnya,” sambungnya.
Oleh karena itu, Qodari berpendapat variabel penentu pemenang Pilpres 2024 tidak akan lepas dari variabel dukungan dari Presiden Jokowi.
“Maka kemudian penentu pemilu Indonesia ini menurut saya tetap Pak Jokowi baik secara elektoral maupun secara dinamika politik lain-lainnya,” pungkas Qodari.
Diketahui diskusi tersebut juga dihadiri Pengamat Politik Indonesia Ray Rangkuti, Politisi Gerindra Andre Rosiade, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah dan Ketua Bidang Jaringan dan Kerja Sama Antarlembaga DPN Partai Gelora Ratu Ratna Damayani.(fri/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari