Qodari: Jokowi Pemenang Drama di Partai Demokrat, Bukan AHY

Senin, 05 April 2021 – 15:37 WIB
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari setuju dengan pendapat Ketua Umum Relawan Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seharusnya meminta maaf secara terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Qodari, kubu AHY sebelumnya telah membangun kesan bahwa istana berada di balik kudeta di Partai Demokrat.

BACA JUGA: Herzaky Demokrat: Moeldoko yang Seharusnya Minta Maaf

“Konstruksi kesan itu dimulai dengan pengiriman surat ke istana oleh AHY,” kata Qodari dalam keterangan pers pada Senin (5/4/2021).

Qodari menilai keputusan Kemenkumham yang menolak pengesahan pengurus PD versi KLB menunjukkan permasalahan PD bukan karena intervensi dari luar apalagi istana tetapi berpusat pada masalah internal.

BACA JUGA: Demokrat Masih Membuka Ruang Bagi Kader yang Membelot ke Kubu Moeldoko

“Masalah utama atau apinya ada di dalam. Pengurus KLB yang menjemput Moeldoko, bukan Moeldoko yang datang ke pengurus KLB,” ujar Qodari.

Menurut Qodari, pemenang sesungguhnya di drama Partai Demokrat adalah Presiden Jokowi, bukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau AHY.

BACA JUGA: M Qodari: Gibran Bisa Jadi Figur Pemersatu di Tubuh KNPI

“Karena dengan penolakan Kemenkumham tersebut, Jokowi telah lepas dari cap atau tudingan sebagai pemecah Partai Demokrat,” ujar Qodari.

Sementara citra SBY, kata Qodari, telah luntur pasca-drama Partai Demokrat. Sebab aneka masalah di PD telah terungkap khususnya tentang minimnya demokrasi di internal parpol berlogo segi tiga merah putih itu.

“Dulu pernah terbit biografi berjudul “SBY Sang Demokrat”. Buku ini luntur karena kan sekarang terungkap bahwa AD/ART-nya Partai Demokrat banyak masalah dan kurang demokratis,” ujar Qodari.

Selanjutnya, Qodari mengimbau agar SBY mengadakan perubahan besar di AD/ART agar lebih demokratis. Perubahan tersebut melalui kongres luar biasa (KLB) yang dimintakan oleh SBY.

“SBY akan kembali menjadi sang demokrat bila beliau melakukan perubahan AD/ART ini,” pungkas Qodari.

Sebelumnya, Ketua Umum Joman Immanuel Ebenezer meminta AHY dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak jemawa dulu terkait ditolaknya pengesahan pengurus PD versi KLB Deli Serdang.

Dengan ditolaknya pengurus PD versi Moeldoko, Joman menilai AHY dan SBY berutang permintaan maaf kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Malu dan seharusnya meminta maaf. Sudah teriak-teriak ke sana ke mari. Tuduh dan main fitnah, akhirnya semua terang benderang ketika pemerintah menyatakan Partai Demokrat versi KLB tidak bisa disahkan,” kata Noel sapaan akrab Immanuel Ebenezer , Kamis (1/4/2021).

Dalam konflik internal Demokrat, menurut Noel, Jokowi secara tegas menyatakan tidak memihak ke kubu mana pun. Tidak seperti yang dituduhkan AHY beserta loyalisnya.

“Semua tuduhan yang dilayangkan AHY serta loyalis-loyalisnya jelas salah alamat," ujar Noel.

Noel juga menyoroti pola lama yang dibangun SBY. Menurut dia, pola lama itu guna mencari popularitas dan simpati masyarakat yang dianggap sudah tidak menarik lagi untuk mencuri perhatian.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler