jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik berkicau menanggapi dugaan ancaman pada dosen Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Ni'matul Huda.
Ancaman diduga berkaitan dengan rencana Ni'matul memberikan materi dalam sebuah diskusi bertajuk "Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan" di Universitas Gadjah Mada (UGM).
BACA JUGA: 6 Fakta tentang Ruslan Buton si Pecatan TNI yang Minta Jokowi Mundur, Dia Mengaku
Pada awal kicauannya di Twitter, Rachland menyinggung dugaan kebebasan pers telah lebih dulu diteror.
"Setelah Kebebasan Pers diteror, kini giliran Kebebasan Akademis? Dan Pak @jokowi masih belum merasa perlu menegur pendukungnya?" kicau @RachlandNashidik.
BACA JUGA: Pecatan TNI yang Minta Jokowi Mundur Terancam Mendekam Lama di Penjara
Dalam kicauannya Rachland menautkan sebuah berita yang mengangkat judul 'Dekan FH UII: Guru Besar Hukum Tata Negara Kami Diteror!'.
Rachland berkicau dari Jumat (29/5) malam hingga Sabtu (30/5).
BACA JUGA: Korsel Tiba-tiba Memburuk, Tempat Hiburan Malam jadi Mengerikan
Pada bagian lain kicauannya, kader partai berlambang mercy Ini bercerita soal kebebasan di masa Indonesia dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Dulu ada gerakan massa terorganisir (mulai 2007 hingga 2011) usung isyu "Cabut Mandat SBY". Tapi tak ada aktivisnya yang diteror, apalagi dibui," kicaunya.
Rachland kemudian mengingatkan, berpendapat sah-sah saja, termasuk soal topik presiden perlu diganti atau tidak.
Hal yang tidak boleh menurutnya, dikriminalisasi karena berpendapat.
"Berpendapat Presiden perlu mundur atau diganti, tak boleh dipidana. Apalagi bila kebebasan berpendapat itu disuarakan mimbar akademis," twit @RachlandNashidik.
Rachland juga berkicau, SBY saat menghadapi gerakan massa 'Cabut Mandat SBY', tak diam saja.
Bahkan menyerang legitimasi gerakan tersebut dengan mengecamnya inkonstitusional.
"Presiden SBY dulu tak diam saja menghadapi gerakan massa "Cabut Mandat SBY". Ia menyerang legitimasi gerakan dengan mengecamnya inkonstitusional. Pak Jokowi kebanyakan diam saja bila dikritik. Tapi dia biarkan pendukung dan aparatnya di bawah meneror bahkan memidana suara kritis," twit @RachlandNashidik.
Kicauan Rachland ditanggapi secara beragam oleh warganet. Di antaranya mengingatkan bahwa bersikap kritis itu seperti yang diperlihatkan ekonom Faisal Basri.
"Yang mane yg kritis bang Kumis. Yg kritis tuh Faisal Basri, dg data dan debatable," kicau @CeciliaSuwanda1. (gir/jpnn)
Kalian wajib tonton video yang satu ini:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang