jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Perdagangan meminta industri otomotif meningkatkan porsi penjualan ekspor menjadi 40 persen. Hal ini untuk menghadapi menurunnya penjualan di dalam negeri dan melemahnya nilai tukar (kurs) rupiah.
"Paling tidak (seperti sekarang) 20:80, atau 20 persen ekspor dan 80 persen di dalam negeri. Tapi paling bagus lagi kalau bisa ditingkatkan menjadi 40:60 persen dalam rangka untuk mencapai target pertumbuhan ekspor 300 persen dalam lima tahun ke depan. Optimistis enggak? Kalau saya optimistis, paling tidak bisa mendekati 300 persen," ujar Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel usai menemui direksi Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) kemarin (9/3).
BACA JUGA: Pelindo II Rancang Pelabuhan Cirebon Terhubung Tol Kanci
Dia mengatakan, ekspor bisa menjadi salah satu solusi dalam menghadapi melemahnya rupiah. Selain otomotif, pihaknya juga mengandalkan ekspor migas (minyak dan gas), batu bara hingga kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
BACA JUGA: Targetkan Lima Tahun Lagi KA Hubungkan Sorong-Manokwari
Rachmat menyambut baik beberapa produsen otomotif yang sudah membangun pabrik berbasis ekspor. "(Pabrik) Isuzu sudah jadi, yang lain akan mengikuti. Ini akan menjadi kekuatan baru untuk mendongkrak ekspor," lanjutnya.
Presiden Director PT Isuzu Astra Motor Indonesia, Yohannes Nangoi mengatakan, kedatangannya ke Kementerian Perdagangan untuk menginformasikan tentang operasional pabrik baru Isuzu di Karawang, Jawa Barat.
BACA JUGA: Tiga Bulan, Wika Raih Kontrak Rp 3,4 Triliun
"Ground breaking pabrik kami di tahun 2013 akhir, lalu tahun 2014 akhir selesai, dan 2015 mulai beroperasi. Kami ingin mendukung target ekspor Menteri Perdagangan," sebutnya.
Yohanes mengungkapkan, pabrik senilai Rp 1,7 triliun ini memproduksi truk berat dan berbagai macam komponen truk. Produksinya akan dijual di dalam negeri dan ekspor ke Afrika dan Amerika Latin.
"Kapasitas terpasang saat ini 52 ribu unit per tahun. Untuk tahap awal belum kami pakai sepenuhnya. Tapi kalau permintaan tinggi sudah kita siapkan untuk bisa memproduksi sampai 80 ribu unit," terangnya.
Untuk operasional tahun pertama, Yohanes mengaku hanya memproduksi 26 ribu truk per tahun dengan rincian 20 persen ekspor dan 80 persen domestik. Namun pihaknya akan terus berupaya meningkatkan ekspor, terutama jika pasar di dalam negeri belum membaik. "Total produksi truk kita yang baru ini 26 ribu per tahun. Tadi beliau (Mendag Gobel) ingin ditambah 6.000-8.000 unit," cetusnya.
Sementara itu Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Waring Andang Tjahjono mengakui, melonjaknya kinerja ekspor sangat menguntungkan di tengah melemahnya rupiah. Apalagi pasar di dalam negeri sedang lesu.
"Ekspor Toyota di bulan Januari tembus angka 15.000 unit atau meningkat sebesar 53 persen dibanding periode sama tahun lalu yang 9800 unit," katanya.
Primadona ekspor Toyota Indonesia masih didominasi oleh model Fortuner yang mencapai angka 4.400 unit atau menyumbang porsi 29 persen dari total ekspor. Sementara itu, sedan Vios menyumbangkan porsi sebesar 25 persen atau sebanyak 3.700 unit.
Model berikutnya yang juga menjadi andalan ekspor Toyota Indonesia seperti Kijang Innova dan Avanza yang masing-masing tercatat 1.200 unit dan 3.700 unit.
Dengan pencapaian ekspor di bulan Januari yang sangat tinggi, Warih yakin TMMIN bisa mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 10 persen pada tahun ini. Tahun lalu ekspor Toyota mencapai 160.000 unit.
"Jika kondisi stabil saya perkirakan kinerja ekspor bisa mencapai 175 ribu unit sampai akhir tahun, asalkan kondisi dunia stabil. Sementara pasar domestik saya perkirakan baru akan pulih di kuartal ketiga," jelasnya. (wir/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tjatur Harapkan Pemuda Muhammadiyah Siap Hadapi MEA
Redaktur : Tim Redaksi