Racun Tomcat Bisa Jadi Obat Kutil

Serangan Tomcat Meluas, Toko Obat Menuai Berkah

Jumat, 30 Maret 2012 – 05:50 WIB

JAKARTA - Muncul kabar baik di balik serangan tomcat. Racun kumbang berkaki enam itu bisa dijadikan obat kutil. Butuh penelitian lebih mendalam untuk memastikan mannfaat itu.

Kabar ini dipaparkan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM Dr dr Tjut Nurul Alam Jacoeb SpKK (K) di kampus UI, Depok kemarin (29/3). Dia menjelaskan, racun tomcat atau yang disebut peaderin ini memiliki sifat merusak sel kulit. Gejala kerusakan sel kulit itu antara lain, kulit melepuh seperti terbakar.

Nah, sifat racun tomcat itu menurut Tjut identik dengan racun cantharidin yang dihasilkan oleh kumbang Blister. Selama ini, dalam menjalankan tugasnya dokter kulit ada yang menggunakan obat berbahan dasar racun cantharidin tadi untuk menyembuhkan kutil. Obat ini dioleskan di kutil, beberapa hari kemudian kutil bisa copot.

Tjut menuturkan, sampai saat ini pupulasi kumbang Blister banyak terdapat di Eropa saja. Sehingga, obat yang berbahan racun cantharidin tadi hingga kini diproduksi di benua biru dan tergolong langka. "Akibatnya harganya sangat mahal jika sudah masuk Indonesia," kata dia. Tjut memperkirakan, harga obat dari racun cantharidin itu mencapai Rp 1 juta untuk takaran 10 cc.

Analisa sementara, selain memiliki sifat yang sama, dua racun tadi juga berasal dari dua spesies kumbang yang masih kerabat dekat. Tomcat dan kumbang Blister ternyata berasal dari ordo yang sama. Yaitu ordo Coleoptera. "Tomcat dan kumbang Blister ini hanya berbeda Family. Ordonya sama, bisa jadi racunnya ada kesamaan," kata dia.

Meski muncul dua faktor yang menguatkan dugaan racun tomcat bermanfaat layaknya racun kumbang Blister, Tjut belum berani menarik kesimpulan yang pasti. Dia meminta ada penelitian lebih dalam terkait kandungan racun tomcat. "Jika memang benar, mahasiswa di sini (UI, red) bisa membudidayakan tomcat untuk diambil racunnya," tutur Tjut.

Dia menambahkan, jika memang dua racun ini sama manjurnya dan aman untuk obat kutil, maka tomcat benar-benar sahabat manusia. Saat ini, tomcat sebenarnya sudah menjadi sahabat manusia. Sebab tomcat adalah predator wereng, musuh bebuyutan petani.

Toko Obat Mengeruk Keuntungan

Usai mengurai soal potensi pemanfaatan racun tomcat, Tjut memaparkan perkembangan penanganan serangan kumbang penyuka cahaya lampu di malam hari itu. Dia menjelaskan, di daerah-daerah banyak dokter atau pelayan medis lain yang salah kaprah menangani penyakit akibat racun tomcat. Dia menerima laporan dari telepon dan saat sidak langsung ke sejumlah daerah.

Dia menerangkan, akibat dari racun tomcat ini memang mirip dengan penyakit herpes. Akhirnya, ada laporan jika para petugas medis memberikan obat herpes kepada pasien. "Ini salah kaprah. Yang untung toko obatnya," tegasnya.

Toko obat ditengarai menuai keuntungan dari kesalahan yang diduga disengaja ini. Sebab, obat herpes harganya cukup mahal. Harga obat herpes ini antara ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.

Tjut mencoba meluruskan. Meskipun dampak luka akibat racun tomcat dan harpes mirip, namun keduanya sangat berbeda.

Dia menerangkan, racun tomcat bisa berakibat kerusakan sel kulit karena mengandung bakteri spesies Peudomonas. Sementara itu, herpes disebabkan oleh virus Herpes. "Penyebabnya beda. Jadi obatnya sangat berbeda. Tidak bisa disamakan," ucap Tjut. Dia meminta dokter atau petugas kesehatan lainnya harus bijak, jangan mengeruk keuntungan dari masyarakat korban racun tomcat.

Tjut mengatakan, dokter cukup memberikan kortikosteroid topikal kepada korban tomcat. Jia sudah infeksi, bisa diberi antibiotik. Tjut juga mengingatkan korban tomcat tidak mengelupas atau mengorek luka, supaya penyembuhan kulit bisa sempurna. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris Mulai Teliti Penyebab Bibir Sumbing


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler