Hari Pahlawan 2018

Rahasia Persatuan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (1)

Jumat, 09 November 2018 – 09:45 WIB
Buya Hamka dan Bung Karno berdiri. Di tengah Abdul Karim Oei. Ketiga mengangkat saudara sewaktu di Sumatera. Foto: Public Domain.

jpnn.com - KAUM ADAT, kaum agama, komunis, nasionalis, saudagar hingga pendekar bersatu di Minangkabau. Sidang yang dipimpin Datuak Batuah dari PKI, memilih Buya Hamka memimpin front persatuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
 
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
 
Bung Hatta, proklamator kemerdekaan Indonesia datang ke Ranah Minang setelah agresi militer Belanda pertama, Juli 1947, yang menewaskan Walikota Badindo Aziz Chan.
 
Berehat semalam di Bukittinggi, kampung halamannya, Bung Hatta langsung mengadakan pertemuan dengan para pimpinan rakyat. Hamka yang datang terlambat, duduk di belakang.
 
“Setelah selesai briefing Bung Hatta menganjurkan kesatuan tenaga di dalam menghadapi musuh, sehingga dendam kita karena kematian Aziz Khan dapat ditebus,” tulis Buya Hamka, dalam buku otobiografinya Kenang2an Hidup.
 
Yang hadir malam itu ninik mamak dan hampir seluruh tokoh rakyat serta pimpinan organisasi yang hidup di Minangkabau. 
 
Yang disebut dalam catatan Hamka, antara lain, Residen Mr. Sutan Mohd. Rasyid, Komandan Divisi Kolonel Ismail Lengah, Letnan Kolonel Dahlan Jambek.
 
“Yang memimpin rapat malam itu H. Dt. Batuah dari PKI,” kenang Hamka dalam Kenang2an Hidup jilid 3.
 
Dalam buku Kenang2an Hidup jilid 4, Buya Hamka kembali mengisahkan proses lahirnya front persatuan rakyat di Ranah Minang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kali ini lebih detail.
 
“Pemimpin rapat ialah pemimpin tua yang terkenal, yaitu Haji Datuak Batuah dari Partai Komunis Indonesia. Beliau baru saja pulang sesudah diasingkan oleh pemerintah Kolonial Belanda…”
 
Mulanya, para peserta rapat bersitegang. Adu mulut. Saling menyalahkan. Semua mengeluarkan apa yang terasa.
 
Haji Dt. Batuah yang rupanya mengerti ilmu jiwa, tulis Hamka, berhasil menjernihkan suasana.
 
Sehingga putus mufakat untuk mendirikan badan persatuan. Diberi nama Front Pertahanan Nasional (FPN).
 
Menurut pengakuan langsung Buya Hamka, Datuak Batuah adalah satu di antara guru mengajinya pada masa kanak-kanak di Thawalib Padang Panjang.
Hari bulan puasa. Malam agak panjang. Malam itu, disepekati pula mengangkat lima orang menjadi formatur yang langsung jadi motor penggerak dengan nama Sekretariat Front Pertahanan Nasional: Hamka, Khatib Sulaiman, Rasunan Said, Udin dan Karim Halim.
 
Khatib Sulaiman—kini jadi nama jalan utama di Kota Padang—tokoh pemuda yang dikenal ahli menyusun organisasi langsung mengusulkan Hamka menjadi ketua. Semua mufakat setuju.
 
Deklarasi FPN
 
Panggung Cinema Theater Bukittinggi, 12 Agustus 1947.
 
Ketika FPN dideklarasikan, tulis Hamka, tampil kemuka seorang guru. Janggutnya panjang dan putih. Bertongkat lebih tinggi dari badannya.
 
Dia memasukkan usul, minta disampaikan kepada pemerintah, supaya di samping presiden didirikan satu majlis tinggi, bernama Majlis Istikharah. Terdiri daripada orang-orang muqarrabin (yang dekat dengan Tuhan) dan aulia (wali-wali keramat).
 
Kata dia, jikalau ada kesulitan negara, Majlis Istikharah bersembahyang minta keputusan Tuhan. Apa keputusan Tuhan dalam kasyaf itulah dijalankan.
 
Usul itu, sebagaimana dikisahkan Hamka, disambut dengan sebaik-baiknya.
 
“Dan disampaikan harapan kepada beliau, supaya dia sendiri tetap istikharah jika ada yang muskil, dan hasil kasyaf sampaikan kepada yang berwajib. Dia puas juga atas sambutan itu! Tidaklah sukar menghadapi mereka, jika orang masuk dari sudut hati mereka dan berbahasa dengan bahasa mereka, dan jika perdamaian lebih dipentingkan dari perpecahan,” papar Hamka, pimpinan FPN.
 
Menurut catatan Hamka, badan-badan yang bersatu dalam FPN, sebanyak 56 buah.
 
Yakni Majlis Tinggi Kerapatan Adat Minangkabau, Barisan Hulubalang, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia, Masyumi, Masyumi Muslimat, Partai Tarikat Naksyabandi, PKI Lokal Islamy, Barisan Hizbullah, Sabilillah, Pesindo, Sobsi, Perti, Lasymi, Muhammadiyah, Aisyiah, GPII, Nasyiyatul Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah, Kowani, Perwari, Ibu Kesatria, Persatuan Saudagar, Barisan Teras, Barisan Merah.
 
“Dan lain-lain. Pendeknya 56! Zegge lima puluh enam! Ajaib! Dapatkah itu dipersatukan? Dapat, sebab rahasianya….” –bersambung (wow/jpnn)

BACA JUGA: Banyak Generasi Milenial Tak Paham Makna Hari Pahlawan

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berharap PM Noor jadi Pahlawan Nasional


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler