Rahmat Shah Tantang Risma Adu Argumen soal Satwa

Rabu, 19 Maret 2014 – 10:20 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Perkumpulan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah menegaskan, pengelolaan satwa di Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) jauh lebih bagus dibanding dengan Kebun Binatang Surabaya (KBS).

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut yang dikenal sebagai tokoh pecinta satwa itu menyebut, THPS masuk kategori kebun binatang yang bagus.

BACA JUGA: Pengecekan Data Honorer Palsu Sasar Pejabat

"Kebun Binatang Siantar itu masuk kelas B. Kalau Kebun Binatang Surabaya itu belum layak," ujar Rahmat Shah kepada JPNN kemarin.

Pernyataan Rahmat menanggapi keterangan Kabag Hukum Pemkot Surabaya M.T. Ekawati Rahayu yang menyebutkan Pemko Surabaya akan meminta kembali sekitar 400 satwa yang sudah dikirim ke berbagai daerah tersebut, termasuk di antaranya di THPS.

BACA JUGA: Jumlah Satwa Liar Mulai Berkurang

Ekawati mengatakan, perjanjian pertukaran satwa tersebut tidak akan dilanjutkan lagi. Meski, klausul dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya. Saat ini masih ada 23 satwa yang belum dikirim atau masih berada di KBS. Antara lain  8 satwa untuk Taman Hewan Pematang Siantar terdiri 6 ekor bekantan, masing-masing 3 ekor jantan dan betina, serta 2 ekor komodo, masing-masing jantan dan betina.

Disebutkan juga di pemberitaan, satwa KBS ternyata tidak lebih sejahtera di tempat pertukaran. Bahkan, bisa dibilang kondisinya lebih memprihatinkan. Di THPS, misalnya. Orang utan kini dikerangkeng dalam jeruji besi. Mirip orang yang dipenjara. Berbeda halnya dengan di KBS yang diletakkan dalam kandang terbuka sehingga satwa tersebut bisa bermain-main.

BACA JUGA: Gunung Slamet Mulai Jinak, Hanya Sekali Meletus

Awalnya, Rahmat tidak mau menanggapi pernyataan pejabat Pemko Surabaya itu. Alasannya, pernyataan keluar dari orang yang tidak paham sama sekali mengenai konservasi satwa.

"Kalau sebuah urusan tidak diserahkan kepada ahlinya, ya begitulah, pasti hancur," ujar Rahmat enteng.

Yang pasti, lanjutnya, enam Kebun Binatang yang melakukan kerjasama dan menerima pemindahan satwa KBS semuanya sudah melewati kajian yang mendalam dan sudah disetujui oleh Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan.

"Sudah melewati studi oleh tim kesehatan hewan, ada profesor dari Unair, ada dokter-dokter hewan dari sejumlah daerah. Transportasi pemindahannya pun harus ketat, ada izinnya. Sebelum dipindahkan pun kandangnya yang akan ditempati sudah disurvei dan dilakukan penilaian oleh tim. Itu satwa-satwa milik negara, yang dikelola kementerian kehutanan," beber Rahmat.

Semua proses pemindahan satwa it, lanjutnya, sudah sesuai standard WAZA (World Association of Zoos And Aquarium), SEAZA (South East Asian Zoos Association) dan PKBSI.

Dikatakan, seandainya ada yang dinilai kurang pas oleh Pemko Surabaya, sebaiknya jangan berpolemik di media massa karena tidak akan menyelesaikan masalah. "Walikota Surabaya (Tri Rismaharini, red) sebaiknya mengundang kami, dihadiri para ahli, kita adu paparan di situ," tantang Rahmat.

Ditegaskan lagi, bahwa pemindahan satwa itu untuk tujuan penyelamatan. Pasalnya, hasil penelitian Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polri cabang Surabaya misalnya, menemukan cairan zat racun sianida (CN) pada lambung seekor celeng goteng betina, koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang ditemukan mati pada 24 Januari 2012 lalu.

"Bahkan sampel makanan yang diteliti, ditemukan ada formalinnya. Ini kan sangat bahaya," cetusnya.

Karenanya, dia tidak terima jika disebut pengelolaan THPS tidak lebih baik dibanding KBS. karena sudah bagusnya THPS, lanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai tiga kali menyampaikan permintaannya langsung ke Rahmat agar dia mempresentasikan kemajuan kebun binatang kebanggaan warga Siantar itu.

"Terakhir saat Presiden ke Sinabung, permintaan itu disampaikan lagi ke saya langsung, di depan sekitar 11 hingga 12 menteri. Saya sudah siapkan presentasi itu. Tinggal tunggu waktu," kata Rahmat.

Dia sangat menyesalkan jika upaya penyelamatan satwa di KBS itu malah dirinya disalah-salahkan. "Saya tidak mendapatkan keuntungan finansial dari urusan satwa. Ini semata kecintaan saya terhadap dunia satwa. Saya punya mimpi, sebelum saya meninggal dunia, seluruh daerah kabupaten/kota sudah punya kebun binatang," cetusnya.

Menurutnya, kebun binatang terbukti memberikan manfaat banyak bagi masyarakat luas. Selain tempat hiburan, juga bisa menjadi sarana pendidikan. "Agar anak-anak kita tidak mencari hiburan hanya ke mal-mal," pungkasnya. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Pegawai Kontrak tak Kunjung Gajian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler