Jumlah Satwa Liar Mulai Berkurang

Rabu, 19 Maret 2014 – 09:55 WIB

jpnn.com - PALEMBANG -  Jumlah satwa liar seperti gajah, harimau dan badak mulai berkurang. Berkurangnya dipicu oleh  koridor atau jembatan penghubung ke hutan lain terputus.

“Saat ini saja jumlah harimau Sumatera sekitar 200 ekor dan badak bercula satu dan dua juga hanya ada 50 ekor, dan itu bisa dikatakan punah karena satwa tersebut jumlahnya mulai menipis,” tegas Dirjen  Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Hari Djoko di sela-sela peluncuran buku Konsep Menuju Pembangunan Kawasan Esensial Koridor Satwa, di Gedung Serbaguna Pascasarjana Unsri, kemarin (18/3).

BACA JUGA: Gunung Slamet Mulai Jinak, Hanya Sekali Meletus

Dikatakannya, peluncuran buku ini dimaksud untuk mengajak pemerintah,  turut andil dalam membuka koridor untuk satwa liar. Hal ini agar bisa berjalan jauh dan tidak hanya bertemu pada satu kelompoknya saja.

“Saat ini sudah ada koridor bagi satwa liar dari Lampung menuju Sumatera Barat untuk mereka melintasi baik itu bertemu dengan kelompok baru atau mencari makan, agar satwa – satwa liar ini tidak punah,” ujarnya.

BACA JUGA: Ratusan Pegawai Kontrak tak Kunjung Gajian

Menurutnya, ini baru pertama kali di Indonesia. Diharapkan  semua provinsi di Indonesia harus memiliki koridor untuk satwa liar. “Kita tidak mungkin memperluas hutan konservasi, karena hutan konservasi sendiri terbatas maka dari itu diharapkan masyarakat bisa bekerja sama dalam pembangunan ini,” tukasnya.

Sementara itu, Guru Besar Manajemen Satwa Liar, Institut Pertanaian Bogor (IPB), Hadi S Alikodra mengatakan, jumlah satwa liar semakin menurun karena pembukaan hutan taman industri (HTI). Selain itu adanya alih fungsi hutan.

BACA JUGA: Kursi Wabup Karo Bisa Kosong Lama

“Akibatnya banyak kerusakan hutan yang terjadi. Karena itu tidak ada koridor untuk dari hutan satu ke hutan yang  lain yang membuat para satwa liar ini hanya hidup dalam satu hutan dan kawin dengan satu  kelompok saja yang menyebabkan kepunahan,” bebernya.

Dikatakannya, untuk menuju hutan lain satwa liar harus menempuh jarak 60 km. Sehingga bisa terjadi perkawinan beda kelompok dan tidak menimbulkan kepunahan.

“Kepunahan terjadi karena satwa liar ini tidak bertemu dengan kelompok lain. Bila terjadi kawin satu kelompok dapat menimbulkan kelemahan kesehatan dan terjangkit penyakit,” katanya.

Ditambahkannya, jika di Indonesia mulai banyak pembangunan koridor kawasan esensial ini akan menyambungkan hutan satu ke hutan yang lain sehingga aman, satwa liar  bisa menari makan di habitatnya dan tidak mengganggu manusia dan mengurangi kepunahan.

“Air bersih bisa didapatkan untuk aliran pertanian dan perkebunan dan terdapat keanekaragaman hayati, dan masyarakat bisa hidup tenang,” tukasnya. (cj7/via/ce2)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Cabuli Honorer, Bupati Inhu Dipolisikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler