Raja Pertama Dalam Seabad Lebih

Alih Takhta Kerajaan Belanda dari Ratu Beatrix

Rabu, 01 Mei 2013 – 07:29 WIB
AMSTERDAM – Setelah lebih dari seabad, seorang raja akhirnya kembali memimpin Kerajaan Belanda. Selasa (30/4) Pangeran Willem-Alexander, 46, naik takhta. Putra mahkota yang bergelar Pangeran Oranye-Nassau itu secara resmi menjadi raja dengan menggantikan ibundanya, Ratu Beatrix.

Sang istri, Putri Maxima, 41, juga beralih status menjadi permaisuri atau ratu. Ribuan warga Belanda menyambut dengan sukacita peralihan takhta tersebut.
’’Dengan ini, saya --Ratu Beatrix-- turun dari takhta dan mempercayakan (menyerahkan, Red) kepada putra saya, Willem-Alexander,’’ tegas Beatrix ketika
membacakan dokumen pergantian takhta yang disiarkan langsung dari Koninklijk Paleis Amsterdam atau Royal Palace di pusat Kota Amsterdam. Willem-Alexander beserta Maxima dan tiga putri mereka --Catharina-Amalia, Alexia, dan Ariane-- menyaksikan pembacaan dokumen tersebut.

Beatrix lantas berpidato untuk menandai berakhirnya 33 tahun masa kepemimpinannya. Pidato yang menyentuh itu membuat haru 25 ribu warga Belanda yang berkumpul di Dam Square, seberang Royal Palace. Sebagian dari massa yang memakai pakaian dan atribut serbaoranye itu bahkan menitikkan air mata. Mereka menyaksikan seluruh prosesi penobatan dari layar raksasa.

’’Saya sangat bangga dan bahagia dapat memperkenalkan raja baru kepada kaliam semua, Willem-Alexander,’’ ujar Beatrix dengan penuh haru.

Massa pun menyambut kalimat tokoh 75 tahun tersebut dengan sorak-sorai. Mereka melambaikan tangan seraya mengelukan Beatrix. Warga juga meneriakkan ungkapan terima kasih. ’’Bea bedankt (Terima kasih, Bea),’’  seru warga. Bea merupakan sapaan akrab Beatrix.

Rangkaian acara penobatan Willem-Alexander sebagai raja ditandai dengan penandatanganan dokumen suksesi monarkhi. Secara bergantian, Beatrix dan putra sulungnya itu membubuhkan tanda-tangan pada dokumen resmi yang mengukuhkan pergantian takhta sesuai ketentuan hukum. Seusai meneken dokumen-dokumen penting itu, Willem-Alexander menggenggam tangan sang ibu.

Ibu dan anak itu lantas menyapa publik yang memadati Dam Square. Dari balkon yang dihiasi rangkaian bunga mawar dan tulip serta buah jeruk itu, Beatrix bersama Willem-Alexander dan Maxima pun melambaikan tangan ke arah publik. Sebagai simbol pergantian takhta, Beatrix kemudian meninggalkan pasangan raja dan ratu baru itu di balkon. Tak lama kemudian, tiga putri William-Alexander ganti menyusul ke balkon.

’’Ibunda tercinta, hari ini, Anda meninggalkan takhta. Tiga puluh tiga tahun terakhir adalah masa yang paling menyenangkan dan menghadirkan banyak inspirasi. Kami sangat sangat berterima kasih kepada Anda,’’ ucap Willem-Alexander saat menyampaikan pidato pertamanya sebagai penguasa monarkhi. Dia kemudian memeluk Beatrix yang tampak menangis haru.

Setelah menyerahkan takhta kepada putranya, Beatrix pun kembali menyandang gelar putri. Sedangkan putri pertama Willem-Alexander, Catharina-Amalia, otomatis menjadi pewaris takhta pertama (putri mahkota) setelah sang raja. Gadis sembilan tahun itu bergelar Putri Oranye.

Upacara penobatan yang berlangsung mulai sekitar pukul 10.07 waktu setempat (pukul 15.07 WIB) itu merupakan awal dari serangkaian perayaan suksesi. Pada sore harinya, Willem-Alexander menjalani upacara pelantikan di Nieuwe Kerk, gereja dengan gaya arsitektur gothic yang terletak di pusat Kota Amsterdam. Willem-Alexander yang genap 46 tahun pada 27 April lalu itu menjadi penguasa monarkhi paling muda di Eropa. (AP/AFP/CNN/hep/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Denmark Hapus Cukai Minuman Bersoda

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler