Rakyat Inggris Berubah Pikiran soal Brexit

Senin, 22 Oktober 2018 – 10:51 WIB
Warga pro-Uni Eropa saat aksi demonstrasi menuntut referendum ulang Brexit di London, Foto: Reuters

jpnn.com, LONDON - Ratusan ribu penduduk Inggris memenuhi jalanan ibu kota Sabtu (20/10). Mereka menuntut pemerintah untuk mengulang referendum yang diadakan pada 2016. Harapannya, Inggris membatalkan keputusan untuk meninggalkan Uni Eropa (UE).

Massa pro-Eropa itu berjalan sambil melambaikan bendera biru dan emas di Hyde Park untuk memulai People's Vote March. Mereka berjalan menyusuri Downing Street, menuju kompleks parlemen di London untuk menyampaikan tuntutan. Aneka poster diacungkan.

BACA JUGA: Brexit Kacau, May Kembali Gagal Yakinkan Uni Eropa

Misalnya yang bertulisan Waktunya Kembali ke UE atau Saya Warga Eropa dan Saya Bangga.

"Rakyat sudah tak lagi percaya kepada pemerintah. Rencana Brexit yang disampaikan amburadul," ujar James McGrory, aktivis pro-Eropa sekaligus penyelenggara aksi, kepada Reuters.

BACA JUGA: Peracun Sergei Skripal ternyata Pahlawan Rusia

Massa sebanyak 700 ribu orang itu, klaim McGrory, menyalurkan rasa frustrasi. Mereka tak tahan lagi melihat pemerintah Inggris yang tak berhasil membuat rencana Brexit yang apik.

Perdana Menteri Theresa May pun gagal merayu kepala negara-negara Eropa untuk membuat kesepakatan cerai saat bertemu di Brussel, Belgia.

BACA JUGA: Terungkap, Sergei Skripal Diracun Kolonel Rusia

Pemuda seperti Emily Longman ikut mendukung gerakan itu. Dia merasa bahwa anak-anak dikorbankan karena keputusan yang buruk. Saat itu dia belum cukup umur untuk menyumbang suara.

Cewek 20 tahun tersebut yakin bahwa banyak anak muda yang akan urun suara jika ada referendum kedua. Sebab, mereka khawatir pilihan pendidikan akan menyempit.

"Saya ingin belajar bahasa Spanyol tahun depan. Namun, nasib beasiswa Erasmus tak jelas setelah Brexit," ungkapnya.

Mereka jelas resah jika Inggris benar-benar berpisah tanpa kesepakatan apa pun. Artinya, Inggris bakal terkucilkan. Mereka tak bisa menikmati lagi manfaat sebagai warga Eropa.

"Tak ada yang lebih demokratis daripada memercayai penilaian rakyat," ujar Wali Kota London Sadiq Khan dalam pidatonya menurut BBC.

Kampanye Sabtu lalu menjadi aksi terbesar untuk menentang Brexit. Mereka ingin menganulasi hasil referendum 2016. Saat itu 52 persen rakyat memilih untuk meninggalkan UE. Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa simpatisan pro-Eropa bertambah.

Di Belfast, Irlandia Utara, dua ribu orang ikut turun ke jalan pada hari yang sama. Mereka berharap bisa melunakkan pemerintah yang selama ini menolak usul referendum ulang. "Saya merasa Brexit justru mengancam kesejahteraan kami," jelas Brendan Heading, warga Inggris yang ikut aksi di Belfast.

Tentu saja suara tuntutan itu tak sampai 100 persen mewakili rakyat. Di Kota Harrogate, warga sekitar juga ikut menggelar demo.

Namun, demo tersebut dilakukan untuk mendukung Brexit. Richard Tice, wakil ketua gerakan Leave Means Leave, mengatakan bahwa massa di London adalah pengecut.

"Kita sudah memilih dan pilihan kita adalah keluar. Referendum kedua hanya akan melukai konstitusi," ungkapnya.

Di level pemerintah, Theresa May terus bekerja untuk meyakinkan bahwa Brexit bisa dicapai tanpa kerugian bagi rakyat Inggris.

Dia membuka wacana untuk memperpanjang masa transisi. Hal itu disampaikan karena satu poin kesepakatan masih tersendat. Yakni, permasalahan batas di Irlandia. (bil/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Spanyol Beri Luka yang Dalam Buat Inggris di Wembley


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Brexit   Inggris   Uni Eropa  

Terpopuler