Ramadan, Impor Barang Konsumsi Berpotensi Naik

Jumat, 10 Mei 2019 – 10:58 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Tahun ini impor barang konsumsi masih berpotensi naik selama Ramadan hingga menjelang Lebaran. Namun, kenaikannya diprediksi tidak terlalu signifikan. Hal itu disebabkan pemerintah telah menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor 1.147 komoditas barang konsumsi.

Ribuan barang tersebut mengalami kenaikan pajak 2,5–7,5 persen sejak September 2018. Hal itu membuat harga barang konsumsi impor lebih mahal.

BACA JUGA: Oki Setiana Dewi Ajak Anak – anak Ceramah ke Luar Kota

’’Di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya kelas menengah, faktor elastisitas harga itu sangat berpengaruh,’’ kata ekonom DBS Indonesia Maysita Crystallin seperti diberitakan Jawa Pos.

Selain kenaikan pajak, volatilitas kurs ikut menentukan. Rupiah yang masih berpotensi melemah diprediksi menaikkan harga barang impor. Hal tersebut membuat masyarakat akan beralih mengonsumsi barang lokal yang harganya lebih murah.

BACA JUGA: 8 Jenis Makanan Bikin Kenyang Lebih Lama, Cocok untuk Sahur

Saat ini salah satu komoditas barang konsumsi yang banyak diimpor adalah bawang putih. Impor bawang putih sah-sah saja dilakukan. Sebab, kemampuan produksi di Indonesia tidak sebanding dengan tingginya permintaan.

BACA JUGA: Operasi Pasar Bawang Putih di Jakarta, Kementan Sasar Pedagang Eceran

BACA JUGA: Impor Barang Konsumsi Berpeluang Meningkat

Menurut Sita, sapaan akrab Maysita, pemerintah harus mengatasi masalah defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang akan ditimbulkan dari impor yang naik.

Caranya, mengarahkan penanaman komoditas yang mempunyai nilai tambah tinggi dan mengekspornya.

’’Sebenarnya kita tidak apa-apa mengimpor beras yang value added-nya tidak begitu tinggi. Kita punya cokelat dan kopi yang value added-nya tinggi. Itu bisa kita ekspor. Jadi, jangan sebaliknya,’’ jelas Sita.

Selain itu, pemerintah harus terus mengedukasi masyarakat agar mengganti bahan makanan pokok selain nasi. Hal itu dapat menurunkan kebutuhan impor beras sehingga CAD bisa ditekan.

’’Ini bisa dilakukan meski efeknya cenderung lama,’’ ucapnya. Sita memprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama kuartal II mencapai 5,1–5,2 persen, lebih tinggi daripada kuartal I yang 5,01 persen.

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, kenaikan impor barang konsumsi tak terelakkan lagi.

’’Memang pajak impor sudah naik. Tapi kalau Lebaran, THR turun, daya beli naik. Bisa saja impornya naik, tapi nanti kita lihat lagi seberapa,’’ tutur dia. (rin/c19/oki)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Kesiapan Pertamina Amankan Stok LPG Selama Ramadan 2019


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler