Impor Barang Konsumsi Berpeluang Meningkat

Rabu, 08 Mei 2019 – 11:35 WIB
Bawang putih. Foto : Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Impor barang konsumsi masih berpotensi naik selama Ramadan hingga menjelang Lebaran. Namun, kenaikannya diprediksi tidak terlalu signifikan.

Hal itu disebabkan pemerintah telah menaikkan tarif pajak penghasilan (PPh) impor 1.147 komoditas barang konsumsi.

BACA JUGA: Bagaimana Cara Agar Serapan Bulog Bisa Lebih Baik?

Ribuan barang tersebut mengalami kenaikan pajak 2,5–7,5 persen sejak September 2018. Hal itu membuat harga barang konsumsi impor lebih mahal.

’’Di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya kelas menengah, faktor elastisitas harga itu sangat berpengaruh,’’ kata ekonom DBS Indonesia Maysita Crystallin, Selasa (7/5).

BACA JUGA: Stok Bahan Pokok Aman, Harga Terkendali

Selain kenaikan pajak, volatilitas kurs ikut menentukan. Rupiah yang masih berpotensi melemah diprediksi menaikkan harga barang impor.

Hal tersebut membuat masyarakat akan beralih mengonsumsi barang lokal yang harganya lebih murah.

BACA JUGA: Mampukah Neraca Dagang Surplus pada Kuartal II?

Saat ini salah satu komoditas barang konsumsi yang banyak diimpor adalah bawang putih. Impor bawang putih sah-sah saja dilakukan.

Sebab, kemampuan produksi di Indonesia tidak sebanding dengan tingginya permintaan.

Menurut Sita, sapaan akrab Maysita, pemerintah harus mengatasi masalah defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang akan ditimbulkan dari impor yang naik.

Caranya, mengarahkan penanaman komoditas yang mempunyai nilai tambah tinggi dan mengekspornya.

’’Sebenarnya kita tidak apa-apa mengimpor beras yang value added-nya tidak begitu tinggi. Kita punya cokelat dan kopi yang value added-nya tinggi. Itu bisa kita ekspor. Jadi, jangan sebaliknya,’’ jelas Sita.

Selain itu, pemerintah harus terus mengedukasi masyarakat agar mengganti bahan makanan pokok selain nasi.

Hal itu dapat menurunkan kebutuhan impor beras sehingga CAD bisa ditekan.

’’Ini bisa dilakukan meski efeknya cenderung lama,’’ ucapnya.

Sita memprediksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama kuartal II mencapai 5,1–5,2 persen, lebih tinggi daripada kuartal I yang 5,01 persen.

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, kenaikan impor barang konsumsi tak terelakkan lagi.

’’Memang pajak impor sudah naik. Kalau Lebaran, THR turun, daya beli naik. Bisa saja impornya naik. Nanti kita lihat lagi seberapa,’’ tutur dia. (rin/c19/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Darmin Nasution Prihatin akan Nasib Sejumlah Waduk di Batam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler