Salah satu pengemis yang beroperasi di Jalan Airlangga adalah Mulyadi, 70 tahun. Warga Bertais ini tidak bisa berjalan normal dan harus menggunakan tongkat untuk bisa berdiri. Kondisi Mulyadi yang memprihatinkan membuat para pengendara kasihan dan memberikan uang recehan. Uang pecahan yang didapatkan Mulyadi bervariasi mulai dari pecahan Rp 500 hingga Rp 10 ribu.
Mulyadi mengaku hanya mengemis saat bulan puasa tiba. Sedangkan hari-hari biasa, ia hanya bisa terbaring di rumahnya. Mengemis di bulan puasa dirasa sangat menguntungkan karena kecendurngan orang lebih murah memberikan uangnya. ”Bulan puasa saja, kalau hari biasa saya di rumah,” katanya terbata-bata.
Di usianya yang renta, Mulyadi sudah tidak mampu bekerja. Ia menggantungkan hidupnya pada anaknya. Mulyadi mulai standby di perempatan AMM, Jalan Airlangga sekitar pukul 07.00 Wita hingga pukul 17.00 wita. ”Ke sini pake bemo kuning, pulangnya juga pake bemo kuning,” katanya.
Hal yang sama disampaikan Huzaefah, pengemis lainnya. Dia mengaku hanya meminta-minta pada bulan puasa. ”Banyak orang kaya yang mau sedekah,” katanya saat ditemui tengah berkeliling mengemis di komplek perumahan Gatep Indah, kemarin.
Di luar Ramadan, wanita 45 tahun ini tidak bekerja. Ia hanya tergantung pada pendapatan suaminya yang menjadi nelayan. Pada puasa tahun lalu, dalam sehari, Huzaefah mengaku bisa mengantongi Rp 20-50 ribu dari mengemis. Penghasilan itu cukup baginya untuk suami dan keempat anaknya.
Tidak hanya orang tua, datangnya Ramadan juga dimanfaatkan sejumlah anak untuk meminta sedekah di jalanan. Mereka seolah tidak peduli dengan keselamatannya. ”Kalau bulan puasa biasanya ramai-ramai sama teman,’’ kata Mariadi, salah seorang pengemis.
Anak 13 tahun itu mengatakan, selain perempatan jalan, dia keliling ke kompleks perumahan di malam hari. Uang hasilnya kemudian digunakan membeli keperluannya. Tidak adanya tindakan dari pihak terkait, membuat para pengemis ini terus meningkat dari waktu kewaktu.
Para wargapun sebenarnya agak merasa risih dengan hal ini. Banyak yang menyayangkan kebiasaan yang tidak baik tersebut. ”Bukannya tidak mau bersedekah, tapi ini tidak mendidik,’’ kata Irma Sari salah seorang warga.
Dia juga mengaku beberapa kali kehilangan barang seperti sandal dan sepatu. ”Mereka main nyelonong saja masuk halaman orang,’’ ketusnya. Ibu satu anak ini berharap perhatian pihak terkait untuk mengatasi masalah sosial tersebut.
Terkait masalah tersebut, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrnas) Kota Mataram H Anis Masyhur mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim penertiban gelandangan pengemis (Gepeng) dan anak jalanan (anjal). ”Nanti Pol PP yang akan bertindak, kami sudah bentuk timnya,” katanya.
Penertiban terhadap gepeng dan anjal akan lebih intensif dilakukan selama bulan puasa ini. Ia berharap masyarakat tidak membiarkan mereka berada di jalanan dengan tidak memberi mereka uang. ”Kalau kita kasihan terus, mereka keasyikan di jalan,” tandasnya. (cr-ili/cr-yuk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alternatif, Operasi Bandara Kualanamu Bertahap
Redaktur : Tim Redaksi