Ramadan, Tingkatkan Kesalehan untuk Cegah Radikalisme dan Terorisme

Rabu, 15 Juni 2016 – 14:05 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - JAKARTA – Ramadan adalah bulan tepat untuk berbuat dan berlatih kebajikan sehingga  berdampak meningkatnya kualitas pribadi seseorang. Ini juga bulan di mana kesalehan sosial perlu ditingkatkan untuk meredam dan membendung penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang kini marak, terutama melalui dunia maya.

“Sebenarnya kita harus sadar bahwa bagaimanapun masyarakat kita tidak homogen tapi heterogen, jadi kita harus sama-sama saling menghargai. Kesalehan dan etika sosial perlu kita tingkatkan dengan lebih peduli terhadap orang atau pihak lain,” kata Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Waryono Abdul Ghofur, Rabu (15/6.

BACA JUGA: Gadaikan Emas Istri, Bangun Ponpes dan Membumikan Alquran

Menurutnya, saling menghargai itu harus terjadi antarumat beragama untuk memahami kondisi satu sama lain. Apalagi bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman global penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang mengancam keutuhan NKRI.

“Yang berpuasa harus menghargai yang tidak berpuasa dan yang tidak berpuasa juga harus menghargai yang berpuasa. Semua pihak harus memperhatikan hal itu. Toleransi inilah yang bisa menjadi senjata kita membendung upaya-upaya pihak tertentu yang ingin merusak persatuan dan kesatuan Indonesia,” katanya.

BACA JUGA: Pasukan TNI Salat Tarawih di Lebanon Selatan

Waryono mengatakan bahwa pada bulan Ramadan, semua umat muslim berlomba-lomba melakukan kebaikan. Ada semangat kebersamaan, yaitu orang bersama-sama ke masjid, mengaji, bersama-sama puasa dan lain sebagainya.

Tapi yang perlu diwaspadai adalah setelah bulan Ramadan, karena situasi bersama-sama itu tidak ada lagi.

BACA JUGA: Video Mengharukan..Umat Muslim Urunan Pembangunan Gereja

“Ramadan adalah situasi yang membuat kita bersama-sama bersemangat melakukan ibadah. Di bulan Ramadan kita berlatih dan bukan bertanding. Jangan lupa di luar bulan Ramadan tantangannya jauh lebih besar, karena  itulah saat pertandingan yang sesungguhnya. Apakah dia ikut arus (hal yang tidak baik)  atau tidak,” katanya.

Karena ketika bertanding itulah, akan ketahuan siapa yang kalah siapa yang menang. Hasil pertandingan sebenarnya tergantung bagaimana dia berlatih. Karenanya, Ramadan adalah momentum latihan  untuk perbaikan segalanya. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Guru Besar Kajian Islam (Islamic Studies) spesialis Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.DR. Asep Usman Ismail.

Puasa di bulan Ramadan adalah bentuk pelatihan kaum muslim untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. “Pribadi yang baik itu akan berdampak pada kesalehan sosial. Dan kesalehan sosial akan membuat NKRI makin kuat,” katanya.

Menurutnya, ada beberapa hal unsur yang terkandung dalam menjalani puasa di bulan Ramadan. Pertama, puasa harusnya ada kepedulian terhadap sesama, ada disiplin, ada pengendalian diri, kemampuan untuk pengawasan melekat dan jiwa yang sabar menunda kenikmatan sampai maghrib.

“ Dengan begitu, orang tak akan jadi radikal atau menjadi koruptor, karena mereka tahu batasnya,” katanya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kontingen Garuda Fasilitasi Ibadah Ramadan Pasukan PBB di Lebanon


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler