Ramai Tagar Indonesia Terserah, Simak Curhatan Dokter Reza dan Devia

Rabu, 20 Mei 2020 – 08:19 WIB
Ilustrasi tes swab COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Di awal masa karantina dan PSBB, media sosial diramaikan dengan kampanye #DiRumahAja. Sayang, kini tren tagar tersebut tergeser oleh #IndonesiaTerserah. Hashtag ini bermula dari dilonggarkannya PSBB meski angka kasus positif virus corona di Indonesia terus meningkat.

Ungkapan Kekecewaan Tenaga Medis COVID-19

BACA JUGA: Pasar Tanah Abang Ramai Dikunjungi, ini 3 Faktor Penyebab Orang Nekat ke Luar Rumah

Tentu seharusnya kita menyadari, untuk memberantas wabah virus corona di suatu negara, kita perlu kekompakan dari berbagai aspek – dalam hal ini pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan Indonesia.

Jika pemerintah lebih mengedepankan soal ekonomi, lalu masyarakat tidak sabar untuk segera beraktivitas, sementara tenaga medis COVID-19 berjuang sendiri di ranahnya, maka tentu keberhasilan untuk menurunkan angka infeksi hanya mimpi belaka.

BACA JUGA: Jadi Korban Hoaks, Deddy Corbuzier: Ini Sudah Dua Kali, Najwa Shihab Juga Pernah

Tagar #IndonesiaTerserah datang dari tenaga medis COVID-19 yang mati-matian berjuang di rumah sakit untuk menyembuhkan para pasien.

Ya, benar saja, ini merupakan wujud kekecewaan yang dialami oleh mereka ketika kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat tak berjalan selaras dengan ganasnya virus corona.

BACA JUGA: Evelin Nada Anjani: Menurutku Parah dan Sadis, Aku Sedih Campur Kecewa

Hal itu pun senada dengan penuturan Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah, SKep, SH, MKep. Menurutnya, tagar #IndonesiaTerserah adalah bentuk kekecewaan tenaga kesehatan Indonesia terhadap masyarakat.

Pasalnya, kasus pelanggaran protokol kesehatan, seperti ramainya bandara hingga penuhnya pasar dan mall, seperti dianggap lumrah!

"Kami dari awal konsisten untuk menyatakan memutus mata rantai dengan stay at home, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan jaga kesehatan. Namun, itu ternyata dilanggar semua. Jadi, bagaimana kita berharap pandemi ini cepat selesai?," keluhnya.

Apa Kata Dokter tentang #IndonesiaTerserah?

Menanggapi apa yang terjadi sekarang, ini penjelasan dr. Reza Fahlevi dan dr. Devia Irine Putri.

Menurut dr. Reza, #IndonesiaTerserah yang datang dari para tenaga medis Indonesia merupakan “tamparan” untuk masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi COVID-19.

“Terlihat pemerintah kurang tegas dan masyarakat masih banyak yang tidak peduli terhadap wabah virus corona. Padahal, kalau masyarakat bersabar dan patuh, serta pemerintah tegas, mungkin wabah ini akan lebih cepat berakhir. Roda perekonomian pun akan lebih cepat berputar lagi seperti Tiongkok,” tuturnya.

“Ya, tapi, kalau masyarakat semau-maunya sendiri dan pemerintah nggak tegas, wallahualam, ya, kapan selesainya wabah ini? Pastinya, makin lama wabah selesai, makin banyak masyarakat yang jadi miskin,” dr. Reza melengkapi.

Sementara itu, pendapat senada juga dipaparkan oleh dr. Devia. Ia berpendapat, “Ini memang ungkapan kekecewaan, tetapi bukan ungkapan rasa menyerah kami. Masih banyak teman-teman sejawat yang bertahan untuk tetap berjuang,” katanya.

“Susah juga, di sisi lain ingin tetap berjuang, tetapi sekarang kami kembalikan lagi kepada masyarakatnya. Seberapa panjang masa pandemi ini tergantung dari perilaku masyarakat,” tambahnya.

Sebagai seorang dokter, dr. Devia juga heran pada orang-orang yang tidak percaya atau menganggap enteng virus corona. Bahkan, ada yang masih menyebarkan informasi yang memicu kontroversi, termasuk teori konspirasi.

“Ini yang bikin peraturan-peraturan jadi belok arah. Jujur, ini yang bikin sedih,” tutup dr. Devia.

Apa Dampak dari #IndonesiaTerserah?

Bila berlangsung lama dan benar-benar tidak diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat, tren tagar tersebut sebenarnya bisa berdampak fatal.

Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog menjelaskan, “Berdampak fatalnya buat siapa? Buat semua pihak. Ini bikin dokter dan perawat menyerah dan frustrasi karena wabah nggak selesai-selesai.

Kalau kebijakan yang dibikin tak sesuai dan masyarakat seenaknya, bisa saja, lho, mereka mogok dan capek. Kalau sudah begini, kita bisa apa?” kata Ikhsan.

Seharusnya, kita memang bisa belajar dari negara-negara lain yang sudah berhasil menekan penyebaran virus corona.

Tak usah jauh-jauh, Malaysia pun bisa kita jadikan contoh. Negara tetangga yang satu ini kasusnya hanya 6.000 lebih. Sedangkan kita, tiap hari makin meningkat! Hingga siang ini (19/5), Indonesia punya 18.000 lebih kasus positif virus corona (peringkat 33 di dunia).(klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler