jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam meminta PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mempermudah penyaluran kredit ke sektor properti dengan tidak mempersulit para pengembang lokal.
Mufti mengatakan baru bertemu dengan sejumlah pengembang di Jawa Timur, termasuk dari REI Jatim.
BACA JUGA: Seperti ini Cara BTN Dukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia
”Ada sejumlah keluhan kepada BTN. Teman-teman pengembang berharap BTN lebih cepat bergerak untuk mendorong pemulihan ekonomi, tetapi kenyataannya malah lambat,” kata Mufti seusai rapat dengar pendapat dengan BTN, BNI, dan RNI secara hybrid, Kamis (9/9).
Mufti mencontohkan sejumlah hal. Di antaranya tidak adanya penerapan beberapa klasifikasi pengembang. Selama ini, di BTN ada klasifikasi pengembang, di antaranya silver, gold, dan platinum. Tergantung kondisi kinerja pengembang tersebut.
BACA JUGA: Meriahkan Hari Perumahan Nasional, BTN Gelar Akad KPR Massal untuk 7.500 Debitur
”Namun, sekarang ada keluhan, itu hanya sebatas judul dalam tanda kutip. Tidak ada bedanya antara silver, gold dan platinum. Semuanya kesulitan berkomunikasi dan mengakses BTN,” kata politisi muda PDI Perjuangan itu.
Mantan ketua HIPMI Jawa Timur tersebut menambahkan para pengembang menghadapi kesulitan dalam pengurusan restrukturisasi, di mana ada yang menilai pengembang yang mengajukan restrukturisasi sebagai pengembang cacat, padahal pengembang yang mengajukan tersebut masih berstatus kol-2 (kolektibilitas 2).
BACA JUGA: Mufti Anam Minta Pemerintah Tegas Soal Moratorium Pabrik Semen
”Nah itu teman-teman pengembang susah mengajukan restrukturisasi. Sudah dinilai cacat, dinilai buruk banget, yang itu nantinya dia bisa-bisa susah cari kredit tambahan. Padahal baru Kol-2. Dan kalau soal restrukturisasi, kan bisa Kol-2 disetujui tanpa harus Kol-3. Restrukturisasi ini penting untuk menjaga cashflow pengembang dan tetap menggerakkan sektor properti,” ujarnya.
Mufti Anam menambahkan ada juga keluhan dari pengembang soal lambannya pengurusan kredit.
”Ada yang proses 2-3 bulan lebih, bahkan enam bulan kemudian tidak disetujui. Ada banyak pengajuan kredit ditolak dan atau dikurangin plafonnya. Nah, teman-teman pengembang kemudian pindah ke bank lain dan disetujui. Tentu ini harus dicari solusinya. Kalau penyaluran kredit lama, otomatis ekonomi juga akan sulit bergerak cepat,” katanya.
Dia mengatakan sektor properti adalah salah satu kunci pemulihan ekonomi.
Sektor properti memiliki 175 industri kaitan, seperti industri baja, aluminium, semen, keramik, batu bata, genteng, baja, kaca, kayu, cat, furnitur, aluminium, peralatan rumah tangga, alat kelistrikan, tekstil, AC, elektronik, konsumsi dan masih banyak lagi. Jika sektor properti bergerak, penyerapan tenaga kerja di industri-industri tersebut juga otomatis akan semakin banyak.
”Maka ini harus jadi perhatian bersama, sehingga kami berharap ada akselerasi dari bank-bank BUMN untuk terus memperkuat kolaborasi dengan pengembang,” katanya. (*/adk/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Adek