Rapat dengan Komisi I, Prabowo Subianto Bertemu Mantan Anak Buah Semasa di Kopassus

Senin, 11 November 2019 – 17:42 WIB
Menhan Prabowo Subianto di Komisi I DPR, Senin (11/11). Foto: M Kusdharmadi/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Rapat kerja Komisi I DPR dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengingatkan legislator Golkar Lodewijk Freidrich Paulus akan pengalamannya semasa bertugas di Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pensiunan TNI dengan pangkat terakhir  letnan jenderal yang kini duduk di Komisi I DPR itu mengaku pernah tiga kali menjadi anak buah Prabowo.

Lodewijk menuturkan, dirinya pertama kali menjadi anak buah Prabowo saat menjadi anggota Satuan Penanggulangan Teror 81 Kopassus atau yang lebih dikenal dengan SAT-81/Gultor. Alumnus Akmil 1981 itu menjadi anak buah Prabowo untuk kedua kalinya saat di Pusat Pendidikan dan Latihan TNI.

BACA JUGA: Catat! Prabowo Subianto jadi Menhan, Belum Tentu Rizieq Shihab Bisa Pulang

Terakhir saat Prabowo menjadi Danjen Kopassus, Lodewijk merupakan salah satu anak buahnya. Karena itu Lodewijk menyebut Prabowo sudah tiga kali menjadi komandannya.

"Pak Prabowo komandan saya tiga kali. (Saya) masuk Gultor, beliau komandan saya. Saat membina SDM Pusdik, beliau komandan saya. Saat kami membangun kekuatan Kopassus, (Prabowo) komandan saya," kata Lodewijk dalam raker yang dipimpin Ketua Komisi I DPR Meutya V Hafid itu.

BACA JUGA: Megawati Diundang ke Acara HUT NasDem, Prabowo?

Lodewijk yang pernah menjadi Danjen Kopassus itu mengaku tidak meragukan komitmen Prabowo terhadap pertahanan Indonesia. "Saya tidak meragukan lagi komitmen beliau membangun pertahanan Republik Indonesia yang kita cintai," katanya.

Mantan tentara yang kini menjadi sekretaris jenderal Golkar itu juga mengapresiasi paparan Prabowo. "Biasanya yang memaparkan saya, sekarang Bapak (Prabowo)," tegas Lodewijk.

Dalam kesempatan itu Lodewijk juga memaparkan sistem pertahanan negara. Menurutnya, sistem pertahanan Indonesia bersifat semesta.

"Pemahaman semesta ini sebenarnya rakyat semesta, perang rakyat semesta sesuai dengan UUD 1945, tetapi ada yang ingin mengubah seakan-akan perang semesta itu perang internasional, padahal itu menjadi kekuatan utama kita," paparnya.

Lodewijk menambahkan, ada dua pendekatan di dalam membangun postur keamanan, yakni berdasarkan ancaman dan kemampuan. Oleh karena itu politikus asal Manado itu mengaku sependapat dengan Prabowo soal filosofi jika mau damai harus suap berperang.

"Saya teringat saat Bapak debat capres lalu, saat bicara hakikat ancaman. Saya setuju statement Bapak bahwa membangun angkatan bersenjata harus berdasar ancaman," ujarnya.

Lodewijk  mengatakan, Komisi I DPR sebelum menggelar raker dengan Prabowo sudah bertemu dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusumah.

"Kami sampaikan, tolong paradigma tentang ancaman itu perlu diubah.  Kalau sampai sepuluh tahun, dua puluh tahun tidak ada serangan, terus apa yang harus kita bangun? Saya yakin pembangunan kita ke depan berdasar ancaman, walaupun aman," jelasnya.(boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler