WASHINGTON - Sepak terjangnya Martin Shkreli di bisnis farmasi membuat mata dunia terbelalak. Sebab, pria 32 tahun tersebut melipatgandakan harga pil Daraprim sampai lebih dari 5.000 persen dari harga aslinya.
Kebijakan sepihak Shkreli jelas memantik kritik dari berbagai pihak. Sebab, Daraprim merupakan pil antiparasit yang cukup penting. Selain digunakan sebagai antimalaria, Daraprim menjadi obat toksoplasma. Bahkan, jika dikombinasikan dengan jenis pil tertentu, Daraprim juga bisa menjadi obat HIV. Maka, saat harga Daraprim meroket, banyak konsumen yang menjerit.
Sebagai pembuat kebijakan, Shkreli yang saat itu masih menjabat CEO Turig Pharmaceuticals, pemegang lisensi Daraprim, tetap santai. Bahkan, dalam konferensi kesehatan yang dihelat majalahForbes beberapa waktu lalu, dia mengaku tidak merasa bersalah. "Saya mungkin akan meningkatkan lagi harganya. Menjadi lebih mahal dari itu," katanya saat ditanya apa yang akan dilakukan jika bisa memutar waktu.
Jawaban Shkreli itu sukses menjadikan dirinya "musuh utama" publik Amerika Serikat (AS). Para pengusaha yang bergerak di bidang farmasi hingga politikus berteriak. Mereka mengecam lelaki berdarah Albania-Kroasia tersebut. FBI yang mendapatkan laporan dari polisi dan masyarakat pun langsung bergerak. Pertengahan bulan ini FBI membekuk Shkreli. Kini dia sedang menjalani proses hukum.
"Dia sudah mendapatkan apa yang layak dia dapatkan. Bukankah ini karma?" kritik John Lawrence dalam kolomnya di situs OB Rag Rabu waktu setempat (30/12). Daraprim yang semula dipasarkan seharga USD 13,5 (sekitar Rp 186 ribu) per butir tiba-tiba menjadi pil supermahal berkat Skhreli. Terakhir, harga Daraprim berubah jadi USD 750 (sekitar Rp 10,33 juta) per butir.
Saat dikritik karena kebijakan kontroversialnya itu, Shkreli bergeming. Menurut dia, Daraprim sudah mutlak menjadi milik Turig sejak diambil alih dari Impax Laboratories. Maka, jika dia mengubah harganya menjadi sangat mahal, semua sah saja. "Jika ada perusahaan yang menjual Aston Martin seharga sepeda dan kami membelinya, lantas menjual lagi dengan harga Toyota, itu bukan kejahatan," tegasnya.
Bagi para pemilik modal, mungkin kebijakan Shkreli itu membuat mereka tersenyum. Sebab, mereka bisa mengeruk keuntungan berlipat ganda. Namun, bagi para pasien yang mengonsumsi obat tersebut, skema ponzi ala pria kelahiran Brooklyn itu adalah genosida. Maka, banyak media AS yang lantas menyamakan Shkreli dengan Adolf Hitler.
Penyelidikan FBI menunjukkan bahwa Shkreli bukanlah pemain baru. Sejak 2009 dia melakukan praktik tipu-tipu dan permainan harga tersebut. Sebab, sebelum terjun ke bisnis farmasi, dia berkecimpung di bidang investasi global Wall Street. Maka, tidak heran jika laba berlipat menjadi tujuan utamanya. Pihak berwajib pun siap menjerat Shkreli dengan tujuh dakwaan penipuan.
Begitu Shkreli diamankan FBI, Turing Pharma pun langsung memecat lelaki lajang tersebut. Kini perusahaan itu sedang berjuang mempertahankan performanya. Salah satu caranya adalah melakukan perampingan alias mengurangi jumlah karyawan. "Perombakan ini perlu kami lakukan untuk tetap bertahan," kata Ron Tilles, bos pengganti Shkreli.
Dari Kota New York, yayasan amal yang pernah mendapatkan donasi besar dari Shkreli berjanji mengembalikan sumbangan. Sebab, pasca skandalnya mencuat, Shkreli mengaku memberikan banyak sumbangan bagi yayasan tersebut. "Kami segera mengembalikan USD 15.000 (sekitar Rp 206,8 juta) yang pernah dia berikan," ujar Community Solutions yang mengurusi gelandangan.(Reuters/obrag/hep/c10/ami/pda)
BACA JUGA: Ih Geli Ah..Ada Tikus Dalam Kabin, Pesawat Putar Balik
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gawat! Hubungan Korut-Korsel Memanas Gara-gara Meninggalnya Orang Ini
Redaktur : Tim Redaksi