BOGOR– Teka-teki hilangnya 250 batang dinamit mulai terpetakan. Truk pengangkut bahan peledak berbahan dasar amonium nitrat itu besar kemungkinan hilang di wilayah hukum resort Bogor. Dugaan dinamit-dinamit itu sengaja dicuri.
Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo mengatakan, penanganan kasus tersebut harus menjadi prioritas oleh kepolisian. Menurutnya, hilangnya dinamit dalam rangkaian perjalanan tersebut merupakan persoalan yang serius. Apalagi jika truk yang membawa dinamit tersebut disertai dengan pengawalan yang sesuai protap namun bisa kehilangan oleh aksi seperti bajing loncat yang merampas di atas truk yang berjalan.
Sekjen PDI Perjuangan itu mengatakan, bisa ada gelagat hilangnya dinamit tersebut karena sebuah sabotase yang terencana. "Kalau sampai ada kelalaian cermat dari pengawalan yang memadai ini bisa masuk kategori kesengajaan untuk hilang dan ada agenda strategis yang terencana," kata Tjahjo.
Informasi yang dihimpun Radar Bogor (Grup JPNN), muatan truk tersebut aman dalam perjalanan dari gudang di Kalijati, Subang menuju Marunda. Pencarian bahan peledak berbahaya itu kemudian dipusatkan ke wilayah yang dilintasi truk saat melanjutkan perjalanan dari Marunda ke Cigudeg, Bogor. Pernyataan tersebut sesuai dengan penyelidikan Polres Subang.
Hasil rekonstruksi hilangnya dinamit mengarah pada aksi perampokan "bajing loncat". Lokasi kejadian masih dalam penyelidikan. Yang jelas, truk yang membawa muatan untuk PT Batu Sarana Persada (BSP) itu sempat berhenti lima kali karena menumui berbagai hambatan selama perjalanan dari Subang menuju Bogor.
"Sekarang sedang melakukan validasi dimana berhenti, hambatan apa saja. Berdasarkan informasi, mereka ada lima kali berhenti," kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Sabtu (29/6).
Boy mengatakan, hambatan tersebut berupa kemacetan jalan hingga mengganti ban truk karena bocor. "Ada hambatan-hambatan di jalan yang memang dialami truk tersebut. Semoga bisa mendapat pentujuk. Di mana lokasi pencurian, dari mana mau kemana," ujar Boy.
Perjalanan dari Marunda menuju Bogor ditempuh melalui tol Serpong, Tengerang. Truk pembawa dinamit tersebut melaju bersama tiga truk lainnya yang mengangkut detonator. Sejumlah titik di jalur tersebut memang rawan kriminalitas.
Sebelum memasuki Cigudeg, terdapat pemberhentian truk angkut di Gorowong, Parungpanjang. Dari lokasi tersebut, jalan rusak sepanjang puluhan kilometer akan dijumpai. Kemacetan pun terjadi, sehingga hambatan teknis dan non teknis kerap terjadi.
Titik rawan berikutnya terdapat di Lebakwangi, Cigudeg. Jalan terjal dan berlubang sepanjang lima kilometer tanpa penerangan di antara perkebunan kepala sawit membuat aksi perampokan oleh kawanan "bajing loncat" dan pencurian dengan kekerasan (curas) atau disebut "begal" kerap terjadi.
Kepala Polres Bogor, AKBP Asep Safrudin membenarkan tingginya potensi kriminalitas di kawasan tersebut. “Jalur dari Cigudeg hingga Tangerang memang rawan "bajing loncat". Saat ini, kemungkinan mengarah ke situ. Truk memang sempat berhenti lima kali,” katanya, tanpa merinci lima titik pemberhentian itu.
Asep mengatakan, motif perampokan masih dalam penyelidikan. Sebanyak 12 saksi telah diperiksa, terdiri dari empat sopir truk rombongan bahan peledak, tiga kernet truk, seorang pengawal (Brimob), dua petugas keamanan perusahaan, dan empat pegawi manajemen PT BSP. "Salah satu pihak manajemen yang diperiksa yakni Wanto, petugas gudang handak PT BSP," katanya.
Polisi sudah menerjunkan petugas investigasi dan forensik (inafis) untuk melakukan rekonstruksi di lokasi pertama diketahui bahan peledak itu hilang dari truk. "Kami langsung ke lokasi perusahaan. Sopir truk, Edi Junaedi, melihat terpal pembungkus truk sobek sekitar 1 meter. Setelah dicek ternyata dua dus dari 80 dus bahan peledak itu hilang," ujarnya.
Asep mengatakan, semua bahan peledak dari empat truk kiriman dari Subang dan Jakarta itu saat ini sudah disimpan dan dimasukkan ke gudang bahan peledak. "Semua bahan peledak sudah tersimpan di gudang handak milik PT BSP," katanya.
Yang mencurigakan, dari empat truk pengangkut itu, truk dengan muatan paling vital justru berada paling belakang. Tiga truk pembawa detonator berada di depan, sementara truk pembawa dinamit malah berada paling belakang. Tentu saja, itu menjadi incaran empuk pelaku perampokan.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane meminta polisi serius menuntaskan penyelidikan dalam kasus tersebut, termasuk menelusuri kemungkinan "orang dalam".
“Yang dimaksud "orang dalam" tersebut ialah sopir pengangkut dan sejauh mana polisi pengawal mengetahui proses kehilangan tersebut. Ini penting agar tahu penyebab hilangnya dinamit," terangnya.
Pengamat militer, Nuning mengatakan, meski bukan oleh pelaku terorisme, tapi hilangnya 250 dinamit batangan itu tetap membahakan keamanan negara. “Itu berpotensi menjadi embrio tindakan kejahatan lebih besar. Bayangkan, bila dinamit penghancur gunung batu itu ada publik area,” terangnya.
Menurut Nuning, dinamit tersebut berpotensi untuk berpindah tangan, sehingga kepolisian mesti segera mengungkap tuntas kasus tersebut. “Pasar gelap barang-barang militer seperti itu memang tidak ada. Tapi, perpindahan dari tangan ke tangan atau hand to hand bisa saja terjadi,” jelasnya.
Sekadar informasi, kejadian hilangnya barang berbahaya bukan terjadi pertama kalinya. Pada Januari 2004, sekitar 5.796 detonator atau pematik bom milik perusahaan tambang PT Hasnur Jaya Utama, Palangkaraya, Kalteng, Hilang dari gudang penyimpanan.
Pada Agustus 2009, sekitar 110 pucuk senjata yang dikirim PT Pindad ke Afrika sebagian besar tidak sampai ke negara tujuan. Kapal sempat singgah di tempat lain yang tidak ada dalam perjanjian. Terakhir, pada Agustus 2012, sejumlah senjata api buatan berjenis revolver kalibver 38 pabrik alutista dalam negeri, PT Pindad, Bandung, hilang. (cr17/cr10/d)
Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo mengatakan, penanganan kasus tersebut harus menjadi prioritas oleh kepolisian. Menurutnya, hilangnya dinamit dalam rangkaian perjalanan tersebut merupakan persoalan yang serius. Apalagi jika truk yang membawa dinamit tersebut disertai dengan pengawalan yang sesuai protap namun bisa kehilangan oleh aksi seperti bajing loncat yang merampas di atas truk yang berjalan.
Sekjen PDI Perjuangan itu mengatakan, bisa ada gelagat hilangnya dinamit tersebut karena sebuah sabotase yang terencana. "Kalau sampai ada kelalaian cermat dari pengawalan yang memadai ini bisa masuk kategori kesengajaan untuk hilang dan ada agenda strategis yang terencana," kata Tjahjo.
Informasi yang dihimpun Radar Bogor (Grup JPNN), muatan truk tersebut aman dalam perjalanan dari gudang di Kalijati, Subang menuju Marunda. Pencarian bahan peledak berbahaya itu kemudian dipusatkan ke wilayah yang dilintasi truk saat melanjutkan perjalanan dari Marunda ke Cigudeg, Bogor. Pernyataan tersebut sesuai dengan penyelidikan Polres Subang.
Hasil rekonstruksi hilangnya dinamit mengarah pada aksi perampokan "bajing loncat". Lokasi kejadian masih dalam penyelidikan. Yang jelas, truk yang membawa muatan untuk PT Batu Sarana Persada (BSP) itu sempat berhenti lima kali karena menumui berbagai hambatan selama perjalanan dari Subang menuju Bogor.
"Sekarang sedang melakukan validasi dimana berhenti, hambatan apa saja. Berdasarkan informasi, mereka ada lima kali berhenti," kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Sabtu (29/6).
Boy mengatakan, hambatan tersebut berupa kemacetan jalan hingga mengganti ban truk karena bocor. "Ada hambatan-hambatan di jalan yang memang dialami truk tersebut. Semoga bisa mendapat pentujuk. Di mana lokasi pencurian, dari mana mau kemana," ujar Boy.
Perjalanan dari Marunda menuju Bogor ditempuh melalui tol Serpong, Tengerang. Truk pembawa dinamit tersebut melaju bersama tiga truk lainnya yang mengangkut detonator. Sejumlah titik di jalur tersebut memang rawan kriminalitas.
Sebelum memasuki Cigudeg, terdapat pemberhentian truk angkut di Gorowong, Parungpanjang. Dari lokasi tersebut, jalan rusak sepanjang puluhan kilometer akan dijumpai. Kemacetan pun terjadi, sehingga hambatan teknis dan non teknis kerap terjadi.
Titik rawan berikutnya terdapat di Lebakwangi, Cigudeg. Jalan terjal dan berlubang sepanjang lima kilometer tanpa penerangan di antara perkebunan kepala sawit membuat aksi perampokan oleh kawanan "bajing loncat" dan pencurian dengan kekerasan (curas) atau disebut "begal" kerap terjadi.
Kepala Polres Bogor, AKBP Asep Safrudin membenarkan tingginya potensi kriminalitas di kawasan tersebut. “Jalur dari Cigudeg hingga Tangerang memang rawan "bajing loncat". Saat ini, kemungkinan mengarah ke situ. Truk memang sempat berhenti lima kali,” katanya, tanpa merinci lima titik pemberhentian itu.
Asep mengatakan, motif perampokan masih dalam penyelidikan. Sebanyak 12 saksi telah diperiksa, terdiri dari empat sopir truk rombongan bahan peledak, tiga kernet truk, seorang pengawal (Brimob), dua petugas keamanan perusahaan, dan empat pegawi manajemen PT BSP. "Salah satu pihak manajemen yang diperiksa yakni Wanto, petugas gudang handak PT BSP," katanya.
Polisi sudah menerjunkan petugas investigasi dan forensik (inafis) untuk melakukan rekonstruksi di lokasi pertama diketahui bahan peledak itu hilang dari truk. "Kami langsung ke lokasi perusahaan. Sopir truk, Edi Junaedi, melihat terpal pembungkus truk sobek sekitar 1 meter. Setelah dicek ternyata dua dus dari 80 dus bahan peledak itu hilang," ujarnya.
Asep mengatakan, semua bahan peledak dari empat truk kiriman dari Subang dan Jakarta itu saat ini sudah disimpan dan dimasukkan ke gudang bahan peledak. "Semua bahan peledak sudah tersimpan di gudang handak milik PT BSP," katanya.
Yang mencurigakan, dari empat truk pengangkut itu, truk dengan muatan paling vital justru berada paling belakang. Tiga truk pembawa detonator berada di depan, sementara truk pembawa dinamit malah berada paling belakang. Tentu saja, itu menjadi incaran empuk pelaku perampokan.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane meminta polisi serius menuntaskan penyelidikan dalam kasus tersebut, termasuk menelusuri kemungkinan "orang dalam".
“Yang dimaksud "orang dalam" tersebut ialah sopir pengangkut dan sejauh mana polisi pengawal mengetahui proses kehilangan tersebut. Ini penting agar tahu penyebab hilangnya dinamit," terangnya.
Pengamat militer, Nuning mengatakan, meski bukan oleh pelaku terorisme, tapi hilangnya 250 dinamit batangan itu tetap membahakan keamanan negara. “Itu berpotensi menjadi embrio tindakan kejahatan lebih besar. Bayangkan, bila dinamit penghancur gunung batu itu ada publik area,” terangnya.
Menurut Nuning, dinamit tersebut berpotensi untuk berpindah tangan, sehingga kepolisian mesti segera mengungkap tuntas kasus tersebut. “Pasar gelap barang-barang militer seperti itu memang tidak ada. Tapi, perpindahan dari tangan ke tangan atau hand to hand bisa saja terjadi,” jelasnya.
Sekadar informasi, kejadian hilangnya barang berbahaya bukan terjadi pertama kalinya. Pada Januari 2004, sekitar 5.796 detonator atau pematik bom milik perusahaan tambang PT Hasnur Jaya Utama, Palangkaraya, Kalteng, Hilang dari gudang penyimpanan.
Pada Agustus 2009, sekitar 110 pucuk senjata yang dikirim PT Pindad ke Afrika sebagian besar tidak sampai ke negara tujuan. Kapal sempat singgah di tempat lain yang tidak ada dalam perjanjian. Terakhir, pada Agustus 2012, sejumlah senjata api buatan berjenis revolver kalibver 38 pabrik alutista dalam negeri, PT Pindad, Bandung, hilang. (cr17/cr10/d)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat Siapkan Bantuan Hukum Buat Dada Rosada
Redaktur : Tim Redaksi