Pada bulan Juni tahun ini, laporan kematian misterius sejumlah gajah mulai menyeruak, berawal dari Botswana di selatan Afrika.
Hewan-hewan yang sekarat dikabarkan dalam kondisi lemah, kurus, kehilangan orientasi dan bahkan setengah lumpuh. Seorang saksi melihat salah seekor gajah berputar-putar dan tidak bisa berbalik arah.
BACA JUGA: Penularan COVID-19 di Melbourne Turun, Sedikit Lagi Normal
Bangkai gajah-gajah tersebut dibiarkan utuh, mengesampingkan kemungkinan perburuan liar.
Setiap pekan ada lebih banyak berita tentang kematian gajah. Pada bulan Juli, Pemerintah Botswana menyatakan ratusan gajah telah mati karena penyakit yang tidak diketahui.
BACA JUGA: Pasar Tertua Victoria Mengalami Gejolak di Tengah Pandemi, Warga Indonesia Melihat Peluang Baru
Sebagian besarnya berada di kawasan Okavango Panhandle, delta di pedalaman yang terkenal dengan satwa liarnya.
Gajah Afrika punah dengan cepat, sebagian besar karena perburuan gading, dan Botswana menguasai sepertiga populasi gajah di benua Afrika.
BACA JUGA: Warga Indonesia di Melbourne Melihat Peluang Bisnis Cenderamata Australia
Ada kekhawatiran akan terjadi ledakan kematian gajah yang tak terkendali, jika penyebabnya tidak cepat ditemukan.
Pada akhir Juli, 330 ekor gajah telah dipastikan mati dengan penyebab yang tidak diketahui. Photo: Seekor gajah yang mati di Delta Okavango, Botswana, Afrika.
Bulan berikutnya, negara tetangga Zimbabwe mengatakan lebih dari 20 gajah juga mati di Taman Nasional Hwange.
Sementara itu, Pemerintah Bostwana telah mengirimkan sampel jaringan dari bangkai gajah-gajah tersebut ke laboratorium di Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Kanada.
Saat menunggu hasil penelitian, para ahli di seluruh dunia mengembangkan beberapa teori. Teori yang pertama, gajah-gajah ini telah diracuni oleh pemburu liar atau terjangkit penyakit jenis baru.
Teori lain yang terkemuka adalah bahwa kematian gajah-gajah itu disebabkan oleh jenis bakteri yang disebut pasteurella, yang membunuh 200.000 ekor antelop saiga di Kazakhstan pada tahun 2015.
Hanya butuh tiga minggu untuk bakteri ini membunuh dua pertiga dari seluruh populasi saiga dunia. Photo: Kematian puluhan ekor hewan antelop. (Supplied)
Pekan lalu, Pemerintah Botswana melaporkan temuan awalnya, berdasarkan setidaknya beberapa hasil uji laboratorium.
Penyebab kematian massal gajah menurut hasil penelitian adalah toksin bakteri.
"Tes terbaru kami telah mendeteksi neurotoksin cyanobacteria sebagai penyebab kematian. Ini adalah bakteri yang ditemukan di dalam air," kata Mmadi Reuben, petugas kedokteran hewan utama di Departemen Margasatwa dan Taman Nasional Botswana.
"Meski demikian, kami memiliki banyak pertanyaan yang masih harus dijawab, seperti misalnya mengapa hanya terjadi pada gajah, dan mengapa hanya di area tersebut."
"Kami memiliki beberapa hipotesis dan kami masih menyelidikinya." 'Cyanobacteria' meningkat Akibat perubahan iklim
Cyanobacteria, sering disebut ganggang biru atau hijau tumbuh subur di planet yang menghangat, kata para ilmuwan.
Keberadaan ganggang biru atau hijau bertambah di seluruh dunia karena semakin hangat iklim, makan pertimbuhannya akan makin marak.
Beberapa spesies ganggang berwarna biru atau hijau dapat menghasilkan racun yang merusak sel hati dan sel saraf.
Menurut lembaga penelitian sains di Australia, CSIRO, racun ini bahkan bisa membunuh ternak dan hewan liar. Photo: Perairan di Teluk Tokyo yang juga sudah dipenuhi ganggang. (Supplied)
Tak hanya itu, ganggang ini juga bisa merugikan manusia.
Pada musim panas kemarau Australia tahun 2009 dan 2010, ditemukan ganggang biru atau hijau di ratusan kilometer Sungai Murray, sungai terpanjang di kawasan tenggara Australia, yang menghambat penggunaan air untuk minum, pertanian dan rekreasi.
Pada Agustus 2014, penduduk kota Toledo, Ohio, Amerika Serikat tidak bisa minum atau bahkan menyentuh persediaan air kota, karena dapat menyebabkan muntah, mual, mati rasa, dan diare.
Toledo terletak di tepi salah satu dari lima danau besar Amerika, di mana air tidak pernah jadi masalah sebelumnya.
Danau itu sekarang dipenuhi ganggang setiap musim panas. Photo: Pemandangan Danau Okeechobee di Florida yang dipenuhi dengan ganggang berwarna hijau. (Supplied)
Sebagian besar dari 330 gajah Botswana dilaporkan mati di dekat lubang air yang mengandung ganggan biru atau hijau.
Pawa awalnya alasan racun ini dikesampingkan, karena tidak ada hewan lain yang mati, tetapi para ahli memperkirakan gajah bisa sangat rentan, karena mereka menghabiskan banyak waktu untuk mandi dan minum air dalam jumlah besar.
Pemerintah Botswana mengatakan akan memantau kolam air di musim hujan berikutnya untuk menghindari kematian gajah-gajah.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dan Erwin Renaldi dari laporan dalam Bahasa Inggris
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga NTT Tolak Pembangunan Jurassic Park di Pulau Komodo