Ratusan Hafiz Hebat Ini Belajar di Lapas Paledang

Rabu, 17 Juli 2019 – 20:00 WIB
Alquran. Foto: pixabay

jpnn.com, BOGOR - Pernah dengar nama grup menari El Pale ? jangan berpikir para penari yang menghibur itu seniman profesional dari luar negeri.

Nama El Pale sejatinya dari frasa Lapas Paledang, sebuah lembaga pemasyarakatan di Kota Bogor.

BACA JUGA: Warga Binaan yang Terpilih dari Seluruh Indonesia Bisa Kuliah Hukum Hingga S1

Tapi bukan hanya ‘El Pale’, grup beranggotakan Warga Binaan Pemasyarakatan/ WBP dan sering mendapatkan undangan mengisi acara di tingkat nasional, yang membanggakan dari Lapas Paledang.

Ada pula grup musik marawis yang tak pernah sepi dari undangan pentas. Yang lebih membanggakan, para warga binaan lapas tersebut atas prakarsa sendiri membentuk kelompok santri penghafal Alquran dan belajar ilmu-ilmu agama dengan kurikulum dan silabus yang mereka buat sendiri dengan bergotong royong.

BACA JUGA: Lapas Over Kapasitas, Penyimpangan Seksual Rentan Terjadi Terhadap Napi

“Sepenuhnya atas prakarsa para warga binaan sendiri,” kata Yuni Sulistiawati, kepala Sub-seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Kelas II A Paledang, Bogor.

“Cukup lengkap, kalau saya bandingkan dengan silabus yang biasa digunakan di sekolah-sekolah Islam terpadu. Ada pembahasan mendalam soal akidah dan akhlak, pembahasan Alquran dan hadits Nabi, fikih dan sebagainya," sambungnya.

BACA JUGA: Pertunjukan Seni Warga Binaan Hasilkan Dana Bantuan untuk Korban Bencana

Menurut Yuni, dia bersama sejawatnya Oman Fadillah relatif hanya tinggal melakukan pengecekan dan mengontrol. Proses pembelajaran hingga pengaturan teknis, semua ditangani para warga binaan.

“Sudah sekitar dua tahun berjalan, dan lancar-lancar saja,” kata dia.

Para santri penghafal alquran (hafiz) itu tinggal di tiga sel khusus yang disebut kamar santri. Mengingat usia warga binaan yang menjadi santri penghafal Alquran itu rata-rata hampir setengah baya, mereka mulai dengan juz 30 yang rata-rata berisikan surat-surat pendek.

Hingga saat ini, menurut Yuni, ke-150 santri tersebut banyak yang hafal seluruh surat di juz 30. Setidaknya rata-rata sudah lancar di luar kepala 17 dari 37 surat yang ada.

Keberadaan kamar santri dan WBP hafiz itu tak bisa dipisahkan dari sosok Jamaludin, seorang warga binaan yang sudah 21 bulan ini menjalani masa.

Jamal yang tengah menunggu Surat Keputusan Pembebasan Bersyarat (SKPB) itu memang inisiator di balik aktivitas religius tersebut.

Di awal-awal masa hukuman, Jamal yang sempat menjadi staf ahli Menteri Kehutanan MS Ka’ban itu mengaku sempat nyaris depresi.

Sel yang kelebihan beban (overloaded), hidup yang terkurung serta kemerdekaan yang terampas, wajar membuatnya hampir kehilangan kontrol.

Untunglah, pendidikan agama yang dijalaninya saat kecil dan remaja, membuat Jamal akhirnya sadar bahwa yang dia alami tak lain dari ujian bagi kematangan jiwanya.

“Apalagi saya menemukan surat As Sajdah ayat 21. Saya kian yakin bahwa musibah itu antara lain diberikan Allah untuk membuat hamba-Nya kembali ke jalan yang benar,” kata alumnus Universitas Ibnu Khaldun itu.

Alih-alih jatuh, semangat Jamal setelah itu langsung melesat naik. “Saya bahkan yakin, salah satu tugas semua Muslim itu adalah saling mengajak kepada kebaikan,” kata dia.

Terbetiklah ide untuk membentuk kelompok belajar agama Islam, dengan tambahan kegiatan menghafalkan Alquran bersama-sama.

Saat ide itu diutarakan kepada rekan-rekan sesama WBP, ternyata peminatnya melimpah. Semua itu lebih dari cukup buat Jamal dan teman-teman untuk menghadap kepala lapas dan jajarannya guna meminta izin dan bimbingan.

“Tentu saja kami harus—katakanlah, menyeleksi peminat yang membeludak itu,” kata Kepala Lapas Paledang Teguh Wibowo.

Seiring waktu, tak hanya kurikulum dan silabus yang mereka buat bersama. Jamal pun berhasil membuat buku-buku panduan untuk memudahkan rekan-rekannya belajar.

Buku-buku tersebut dibuat sesuai kebutuhan yang disarankan oleh banyak warga binaan. “Buku-buku yang ada umumnya terlalu tebal dan bikin ngeri, kadang terlalu teoritis serta kurang memotivasi,” kata Jamal. “

Hingga kini dia berhasil membuat beberapa buku, antara lain ‘Di Simpang Jalan’ (buku panduan akidah dan akhlak), ‘Kumpulan Hadits Ibadah Sunah’, dan ‘Pembawa Risalah’ (buku panduan sejarah Islam).

“Semua diedit dan disupervisi Lapas, antara lain oleh Bu Yuni,” kata Jamal.

Sadar perlunya kaderisasi, pihak Lapas pun memberi kesempatan kepada Jamal dan rekan-rekannya untuk menggelar semacam pelatihan untuk mentor.

“Kami bikin training of trainer(ToT), mengingat satu persatu mentor toh akan bebas juga,” kata Yuni. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Program Khatam Alquran di Rutan Salemba Mengajak Napi ke Jalan yang Benar


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler