Ratusan Hektare Tanaman Padi di Lombok Tengah Terancam Gagal Panen, Ini Penyebabnya

Rabu, 21 Desember 2022 – 23:10 WIB
Tampak sawah petani kering di Desa Kateng, Lombok Tengah. Foto: Edi Suryansyah/Jpnn.com

jpnn.com, LOMBOK TENGAH - Ratusan hektare tanaman padi milik petani di Desa Kateng, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) terancam gagal panen.

Kepala Desa Kateng Syarifuddin mengungkapkan para petani di wilayahnya terancam gagal panen.

BACA JUGA: Produksi Padi di Kalbar Mencapai 814.743 Ton GKG

"Untuk sekarang ini curah hujan sangat minim sehingga nyaris sebagian besar petani di Desa Kateng gagal panen," kata Syarifuddin.

Menurut Syarifuddin, hujan mulai jarang turun sejak sebulan belakangan ini.

BACA JUGA: Panen Raya Padi di Kolaka Timur, Mentan SYL Puji Sinergitas Petani dan Pemprov Sultra

Padahal kata dia, beberapa desa lainnya di Lombok Tengah, hujan turun hampir setiap hari.

"Karena pertanian ini tergantung waktu, semua perkiraan dari petani memeleset, pas mau melakukan pemupukan hujan tidak ada. Jadi tanaman kerdil bahkan terkena hama," bebernya.

Pak Kades mengatakan dengan kondisi seperti itu para petani di Desa Kateng hanya dapat mengandalkan air dari sumur bor, dan beberapa embung kecil.

Sebagian petani juga menyedot air dari sungai yang jaraknya sangat jauh.

"Tetapi itu arealnya masih sangat terbatas, selain itu tidak ada lagi yang bisa diandalkan," ucapnya.

Dikatakan Syarifuddin, para petani saat ini hanya bisa pasrah sambil menunggu hujan turun.

Pasalnya, hampir 80 persen sawah di Desa Kateng belum dapat terjangkau dengan sumber air.

"Hanya menunggu hujan, berharap, dan berdoa agar bisa hujan," pungkasnya.

Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Tengah Taufikurrahman Pua Note membenarkan petani di Desa Kateng terancam gagal panen.

Dia menyebutkan jumlah luas lahan sawah di Desa Kateng sendiri seluas 827 hektare, dan tegalan seluas 420 hektare.

"Dalam kondisi terancam seluas 600 hektare, terutama yang ada di bagian utara Desa Kateng," katanya.

Taufikurrahman pun tak mampu berbuat banyak dengan kondisi cuaca tersebut.

Karena itu, kata dia, Satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh petani saat ini hanya mengalirkan air melalui sistem pompanisasi yang saat ini hanya mampu mengairi 20 persen dari luas seluruhnya.

"Saat ini upaya yang dapat dilakukan adalah berupa pompanisasi yang baru menjangkau seratus hektare," tandasnya. (mcr38/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Edi Suryansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler