Ratusan Jamaah Jadi Korban Baksis

Ditarik 5 Riyal untuk Biaya Angkut Koper

Rabu, 30 Oktober 2013 – 06:16 WIB

jpnn.com - MAKKAH - Gencarnya sosialisasi mengangkut pungutan atau bagsis tidak serta-merta menghindarkan jamaah haji Indonesia dari praktik merugikan itu. Terutama saat pengangkutan jamaah dari Makkah ke Madinah. Di antara yang menjadi korban adalah ratusan jamaah kloter 9 dari Palembang.

Ketua Kloter 8 Palembang Syarif Husain mengatakan, setelah menuntaskan tawaf wada, dirinya ditelepon pengurus maktab (pemondokan) bernama M. Zaki Damanhuri. Katanya, mereka akan diberangkatkan ke Madinah dengan menggunakan bus keluaran baru.

BACA JUGA: Belum Tahu Akil Kena Sangkaan Baru

Namun, bus hanya memiliki bagasi di bagian bawah dengan kapasitas 25-30 koper. Padahal, satu bus memuat hingga 50 orang jamaah. Karena itu, maktab akan menyewa truk untuk membawa koper jamaah yang tidak bisa terangkut. Namun, pihak maktab meminta tambahan biaya. Seperti dilaporkan wartawan Jawa Pos, HM Sholahuddin dari Makkah, setiap jamaah dipungut 5 riyal atau sekitar Rp 15 ribu.

Sebelum menyetujui tawaran itu, Syarif berkonsultasi dengan petugas di sektor 8 Bakhutmah, Makkah. "Namun, sebelum uang itu diberikan, ada seorang petugas bimbingan ibadah di sektor meminta saya bernegosiasi kembali dengan pihak maktab," ungkapnya.

BACA JUGA: PDIP Harus Berani Lepas Trah Soekarno

Ternyata setelah negosiasi, pihak maktab mau menerima dan hanya memungut 3 riyal untuk setiap jamaah. "Ada informasi dari teman, pihak maktab malah meminta tambahan biaya transportasi sebesar 7 riyal per jamaah," ujarnya.

Boleh jadi uang 5-10 riyal bagi jamaah itu relatif kecil. Namun, kalau dikalikan jumlah jamaah tentu lumayan juga. Jika dalam satu kloter ada 400 jamaah, maka akan terkumpul 2.000-4.000 riyal (sekitar Rp 6 juta-12 juta). Jika banyak kloter yang menjadi korban, tentu saja jumlahnya cukup besar.

BACA JUGA: Dokter BPJS Bisa Kantongi Rp 924 Juta/Tahun

Kepala Daker Makkah PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat mengatakan, sejak awal pihaknya sudah mewanti-wanti agar para jamaah tidak membayar baqsis tersebut. Bahkan, pihaknya juga menempel poster di pemondokan.

"Biaya transportasi itu sudah menyangkut semuanya. Kalau ada kejadian begitu, silakan laporkan saja. Kami pernah melaporkan sopir itu ke pimpinan perusahaan dan langsung dipecat," ujarnya.

Dari Madinah, tim kesehatan intensif turun ke pemondokan jamaah haji gelombang dua. Sebab, sebagian jamaah sudah bergerak ke Madinah sebelum pulang ke tanah air. Hal itu untuk memonitor kondisi kesehatan jamaah haji. Termasuk, kemungkinan kalau ada jamaah hamil.

Tim itu terdiri atas dua dokter dan dua perawat. Biasanya tim medis stand by, tetapi mereka kini langsung menuju ke pemondokan. Termasuk ke pos-pos kesehatan kloter. Kemarin malam, misalnya, tim bergerak menuju pemondokan jamaah kloter 32 Jakarta.

Kasi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Dr Suharto mengatakan, tim ini akan datang tanpa pemberitahuan. Ada sejumlah jenis pemeriksaan pemeriksaan kepada setiap jamaah. Terutama mereka yang masuk kategori risiko tinggi.

Pemeriksaan itu seperti tekanan darah, kondisi nafas, dan tes urine. "Jika ada yang kondisinya memburuk maka akan dirujuk ke BPIH Madinah untuk dirawat," ujarnya.

Tim juga aktif memberikan nasihat-nasihat kepada para jamaah. Di antaranya, banyak beristirahat, cukup makan dan minum serta mengkonsumsi buah. "Jangan sampai jamaah beraktifitas berlebihan, kalau kondisi badan kurang enak," saran Suharto.

Suharto menambahkan, setiap hari pihaknya menurunkan dua tim untuk melakukan pengecekan pada dua kloter secara acak. "Mudah-mudahan upaya ini bisa mendeteksi secara dini para jamaah yang mengalami masalah dengan kesehatan," katanya.

Data dari Sistem Informasi dan Komunikasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga pukul 15.33 kemarin, jumlah jamaah wafat 192 orang. Sebagian besar jamaah berusia lebih dari 60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Lokasi kejadian meninggal lebih banyak di Makkah. Di Madinah, jamaah meninggal tercatat 15 orang. (*/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tindak dan Perketat Rekrutmen Polwan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler