jpnn.com, SEMARANG - Para tokoh dan ratusan perempuan Semarang ramai-ramai mengikuti Parade Kebaya Nasional, pada Sabtu, (2/7) lalu di Balaikota Semarang.
Parade Kebaya Nasional ini digelar untuk menetapkan Hari Kebaya Nasional, sebagai upaya pengajuan kepada Unesco menjadi warisan budaya tak benda.
BACA JUGA: Inilah Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah, Sayang Jika Dilewatkan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menuturkan karakter sebuah bangsa dikenal dari perempuannya.
Oleh karena itu, dia mengajak para perempuan untuk saling mendukung dan menginspirasi melalui busana.
BACA JUGA: 70mai Lite 2, Kamera Mobil Dengan Fitur Lebih Canggih
"Marilah sesama perempuan saling mendukung dan menginspirasi, jika kita bicara kebaya maka tidak akan lepas dari perempuan," ucap Bintang.
Sementara itu, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary mengatakan kebaya merupakan warisan leluhur bangsa indonesia, yang merupakan hasil dari akulturasi dengan budaya-budaya lainnya.
BACA JUGA: Slimcase, Brand Phone Case Premium Kini Tersedia di iBox
"Kebaya bukan hanya pakaian yang kita kenakan, namun kebaya memiliki filosofi salah satunya bentuknya melambangkan kesederhanaan, anggun dan penuh kepribadian. Potongan yang membentuk tubuh melambangkan wanita yang harus bisa menjaga diri serta jarik dan stagen melambangkan lemah lembut," kata Septriana.
Menurutnya kebaya menjadi lambang nilai-nilai yang diharapkan dari seorang perempuan, yakni dapat beradaptasi, luwes, lemah lembut, sabar, dan mandiri menjaga diri sendiri.
Sebagai warisan leluhur yang sarat makna akan filosofi hidup, sudah selayaknya kebaya harus dilestarikan, dan menjadi bagian hidup agar tidak tergerus oleh tren fashion.
"Kali ini saya menampilkan kain dari Lampung karena menyamakan presepsi yang sama untuk menjadikan pakaian kebaya sebagai pakaian nasional," jelasnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada