JAKARTA - Ratusan petani dari Jambi yang melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (23/1). Para petani ini sebelumnya melakukan aksi jalan kaki 1.000 kilometer dari Jambi ke Jakarta.
Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak siang tadi tak menyurutkan niat mereka untuk berunjukrasa. Mereka bergabung dengan kelompok Tani Jambi lainnya serta petani dari Lampung yang sudah 65 hari lamanya menginap di depan Kementerian Kehutanan menuntut penyelesaian konflik agraria di wilayah mereka.
Para petani ini memakai topi caping berwarna oranye dan membawa bendera organisasi tani. Peluh dan basah hujan sudah bercampur jadi satu. Namun, mereka tetap bersemangat menyampaikan aspirasi. Sebagian nampak duduk di jalan melepas lelah sambil menyaksikan teman-teman mereka berorasi.
Selama di Jakarta, para petani akan berkemah di kantor-kantor pemerintah untuk melakukan aksi serempak. Mereka menyerukan penghentian kekerasan terhadap petani, pengusiran petani dari lahan, dan pencaplokan lahan atas namaa investasi dan pembangunan.
"Kasus Senyerang Jambi, Mesuji Lampung, Takalar Sulawesi dan Tasik Jawa Barat semakin meluas. Ini terjadi karena tidak ada sama sekali tindakan konkrit dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus yang ada," ujar orator unjuk rasa Parmin di depan Istana.
Para petani juga menyayangkan konflik agraria di beberapa wilayah di Indonesia justru marak karena keterlibatan militer dan kepolisian. Menurut merekaa ini menunjukkan bahwa tekanan dana kapitalisme penguasaan, pemilikan dan pengelolaan sumber agrari Indonesia makin dilanggengkan.
Para petani ini juga mengaku bersedih dan kecewaa karena menjadi korban kekerasan dana pelanggaran HAM selama terjadi konflik agraria. Terutama untuk perempuan dan anak-anak.
"Kaum perempuan justru menjadi korban karena berada di paling depan mempertahankan tanah mereka. Pemerintah tidak belajar dari kasus-kasus sebelumnya" ujarnya.
Para petani menuntut pemerintah menghentikan kriminalisasi pada petani yang berjuang menuntut haknya, menghentikan kekerasan dan keterliban militer serta kepolisian dalam konflik agraria dan mendesak pemerintah memberikan solusi konkrit untuk menyelesaikan konflik. (flo/jpnn)
Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak siang tadi tak menyurutkan niat mereka untuk berunjukrasa. Mereka bergabung dengan kelompok Tani Jambi lainnya serta petani dari Lampung yang sudah 65 hari lamanya menginap di depan Kementerian Kehutanan menuntut penyelesaian konflik agraria di wilayah mereka.
Para petani ini memakai topi caping berwarna oranye dan membawa bendera organisasi tani. Peluh dan basah hujan sudah bercampur jadi satu. Namun, mereka tetap bersemangat menyampaikan aspirasi. Sebagian nampak duduk di jalan melepas lelah sambil menyaksikan teman-teman mereka berorasi.
Selama di Jakarta, para petani akan berkemah di kantor-kantor pemerintah untuk melakukan aksi serempak. Mereka menyerukan penghentian kekerasan terhadap petani, pengusiran petani dari lahan, dan pencaplokan lahan atas namaa investasi dan pembangunan.
"Kasus Senyerang Jambi, Mesuji Lampung, Takalar Sulawesi dan Tasik Jawa Barat semakin meluas. Ini terjadi karena tidak ada sama sekali tindakan konkrit dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus yang ada," ujar orator unjuk rasa Parmin di depan Istana.
Para petani juga menyayangkan konflik agraria di beberapa wilayah di Indonesia justru marak karena keterlibatan militer dan kepolisian. Menurut merekaa ini menunjukkan bahwa tekanan dana kapitalisme penguasaan, pemilikan dan pengelolaan sumber agrari Indonesia makin dilanggengkan.
Para petani ini juga mengaku bersedih dan kecewaa karena menjadi korban kekerasan dana pelanggaran HAM selama terjadi konflik agraria. Terutama untuk perempuan dan anak-anak.
"Kaum perempuan justru menjadi korban karena berada di paling depan mempertahankan tanah mereka. Pemerintah tidak belajar dari kasus-kasus sebelumnya" ujarnya.
Para petani menuntut pemerintah menghentikan kriminalisasi pada petani yang berjuang menuntut haknya, menghentikan kekerasan dan keterliban militer serta kepolisian dalam konflik agraria dan mendesak pemerintah memberikan solusi konkrit untuk menyelesaikan konflik. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceng Dimakzulkan, Menkum HAM Senang
Redaktur : Tim Redaksi