TAKENGON--Kejanggalan terjadi di Kawasan Peternakan Terpadu Ketapang (KPTK) Kecamatan Linge Aceh Tengah (Ateng). Pasalnya, Tim Pansus XIII, Daerah Pemilihan (Dapil) 4, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), mengaku menemukan ratusan sapi bantuan yang bersumber dari APBA tahun 2012, mati.
Sekretaris Tim Pansus XIII, Mansyur Nur Hakim, Rabu (19/6), menerangkan, pada tahun 2012 lalu sekitar 1.000 ekor sapi yang dibagikan kepada para peternak di lokasi peternakan itu, kini cuma tersisa sekitar 600 ekor lagi. Ia menyebutkan, anggaran yang dikucurkan untuk pengadaan ternak tersebut, berjumlah Rp. 7.275.875.00 miliar.
“Hasil Pansus yang kami lakukan dua hari lalu di KPTK Linge, mendapati hampir setengah sapi bantuan APBA tahun 2012 yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 7,2 Miliar, ternyata tidak ada lagi. Karena sebagian besar ternak sapi telah mati,” kata Kasah Hakim, sapaan akrab polisi Partai Aceh (PA) ini.
Banyaknya hewan berkaki empat itu yang mati, diperkirakan Kasah Hakim lantaran pada awal pengadaannya telah menuai problem. "Beberapa faktor kemungkinan yang bermasalah, sejak pengiriman sapi-sapi dari luar daerah yang kurang baik menyebabkan banyak yang mati. Yang tak kalah penting, perlu dipertanyakan apakah sapi-sapi yang dibeli telah sesuai dengan spek," katanya.
Kasah Hakim menduga, banyaknya sapi yang mati, bukan tidak mungkin disebabkan tidak sesuai dengan spek. "Kematian sapi-sapi bantuan tersebut sangat tidak masuk akal. Pengawasannya bagaimana ini. Jangan-jangan kontraktornya memasukan sapi yang mati, hingga kini jumlah hanya tersisa tinggal 600 ekor lagi," tegas Sarjana Ilmu Politik ini, seraya mengungkapkan bahwa pihaknya memang menerima penjelasan bahwa kematian itu terjadi saat proses mobilisasi berlangsung.
Padahal, bebernya, biaya dari tingkat Pengawasan hingga Tim Kesehatan semuanya telah dianggarkan. "Sungguh tak logika. Ini merupakan bukti Pengawasan di tingkat kabupaten dan Tim Kesehatan tidak bekerja secara maksimal," sesal Kasah Hakim. Ironisnya, pengakuan dari salah seorang peternak sapi di Ketapang II, Syaiful Bahri, yang menerima 15 ekor sapi bantuan, belum dua bulan sudah banyak mati.
"Kenyataan ini sangat ironis. Dari pengakuan Syaiful Bahri, 15 ekor sapi yang ia terima, belum dua bulan sudah pada mati sebanyak 11 ekor. Dalam waktu dekat kami akan memanggil pihak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Aceh Tengah untuk memberi penjelasan," pungkas Kasah Hakim.
Secara terpisah, Kadisnakan Ateng, drh. Rahmandi, yang dikonfirmasi Rakyat Aceh kemarin siang melalui telepon seluler mengatakan informasi yang diterima oleh pihak Pansus belum tentu benar. Karena menurut Rahmandi para petani yang berdomisili di Ketapang tidak tahu tentang data sesungguhnya. Semestinya pihak Pansus DPRA, kata Rahmandi dapat memperoleh data yang valid dari Bidang Produksi Disnakan atau juga kepada UPTD. (*)
Sekretaris Tim Pansus XIII, Mansyur Nur Hakim, Rabu (19/6), menerangkan, pada tahun 2012 lalu sekitar 1.000 ekor sapi yang dibagikan kepada para peternak di lokasi peternakan itu, kini cuma tersisa sekitar 600 ekor lagi. Ia menyebutkan, anggaran yang dikucurkan untuk pengadaan ternak tersebut, berjumlah Rp. 7.275.875.00 miliar.
“Hasil Pansus yang kami lakukan dua hari lalu di KPTK Linge, mendapati hampir setengah sapi bantuan APBA tahun 2012 yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 7,2 Miliar, ternyata tidak ada lagi. Karena sebagian besar ternak sapi telah mati,” kata Kasah Hakim, sapaan akrab polisi Partai Aceh (PA) ini.
Banyaknya hewan berkaki empat itu yang mati, diperkirakan Kasah Hakim lantaran pada awal pengadaannya telah menuai problem. "Beberapa faktor kemungkinan yang bermasalah, sejak pengiriman sapi-sapi dari luar daerah yang kurang baik menyebabkan banyak yang mati. Yang tak kalah penting, perlu dipertanyakan apakah sapi-sapi yang dibeli telah sesuai dengan spek," katanya.
Kasah Hakim menduga, banyaknya sapi yang mati, bukan tidak mungkin disebabkan tidak sesuai dengan spek. "Kematian sapi-sapi bantuan tersebut sangat tidak masuk akal. Pengawasannya bagaimana ini. Jangan-jangan kontraktornya memasukan sapi yang mati, hingga kini jumlah hanya tersisa tinggal 600 ekor lagi," tegas Sarjana Ilmu Politik ini, seraya mengungkapkan bahwa pihaknya memang menerima penjelasan bahwa kematian itu terjadi saat proses mobilisasi berlangsung.
Padahal, bebernya, biaya dari tingkat Pengawasan hingga Tim Kesehatan semuanya telah dianggarkan. "Sungguh tak logika. Ini merupakan bukti Pengawasan di tingkat kabupaten dan Tim Kesehatan tidak bekerja secara maksimal," sesal Kasah Hakim. Ironisnya, pengakuan dari salah seorang peternak sapi di Ketapang II, Syaiful Bahri, yang menerima 15 ekor sapi bantuan, belum dua bulan sudah banyak mati.
"Kenyataan ini sangat ironis. Dari pengakuan Syaiful Bahri, 15 ekor sapi yang ia terima, belum dua bulan sudah pada mati sebanyak 11 ekor. Dalam waktu dekat kami akan memanggil pihak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Aceh Tengah untuk memberi penjelasan," pungkas Kasah Hakim.
Secara terpisah, Kadisnakan Ateng, drh. Rahmandi, yang dikonfirmasi Rakyat Aceh kemarin siang melalui telepon seluler mengatakan informasi yang diterima oleh pihak Pansus belum tentu benar. Karena menurut Rahmandi para petani yang berdomisili di Ketapang tidak tahu tentang data sesungguhnya. Semestinya pihak Pansus DPRA, kata Rahmandi dapat memperoleh data yang valid dari Bidang Produksi Disnakan atau juga kepada UPTD. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesadaran Warga Rekam e-KTP Masih Kurang
Redaktur : Tim Redaksi