Ratusan Sawah Terancam Alami Kekeringan di Jabar

Selasa, 01 April 2014 – 01:27 WIB

jpnn.com - CIPARAY - Ratusan hektare sawah di Desa Sukapura dan Desa Resmi Kecamatan Kertasari terancam kekeringan dan berpotensi bencana longsor serta menutup saluran air Mama Acim sepanjang 11 Kilometer. Hal tersebut lantaran, akibat gundulnya hutan konservasi di Kavling Ciendog di Desa Cibereum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Bandung, Firman Sumantri menyebutan, bahwa di bagian kiri dan kanan dilahan sepanjang aliran kali Mama Acim ini merupakan lahan milik Perhutani yang masuk sebagai hutan konservasi.

BACA JUGA: Sehat, Bayi Valencia Pulang ke Rumah

Namun sayangnya, kata dia, ratusan hektare lahan berada di lereng gunung tersebut, dalam kondisi rusak parah. Akibat ditanami sayuran oleh ratusan petani di daerah tersebut.

"Iya, lereng-lereng gunung itu gundul karena ditanami sayuran oleh para petani di Desa tersebut. Padahal di tengahnya itu ada kali Mama Acim, keberadaan kali ini sangat penting untuk mengairi ratusan hektare sawah," kata Firman.

BACA JUGA: Puskesmas Dijadikan Tempat Favorit Pelajar Bercinta

Selain itu, lanjut Firman, saluran air ini yang ada di kali Mama Acim ini sangat dimanfaatkan oleh warga yang berada dibawah untuk berbagai keperluan sehari-hari.

"Sayangnya, kedua lereng tersebut, dalam kondisi gundul. Dikhawatirnya terjadi longsor dan menutup aliran air tersebut. Selain longsor, erosi tanah dari sungai kecil ini, menjadi salah satu penyumbang sedimentasi dasar Sungai Citarum, akibat erosi," jelasnya.

BACA JUGA: Gempa 5,4 SR Landa Sumsel, Warga Berlarian Keluar Rumah

Menurutnya, luas lahan hutan konservasi yang gundul ini mencapai ratusan hektare. Bahkan, kata dia, kejadian seperti ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.

"Kenapa pihak PT Perhutani tidak serius melakukan rehabilitasi. Padahal, yang terjadi saat ini, kerusakan lahan semakin hebat dan meluas. Tapi tidak ada tindakan apapun dari PT Perhutani sebagai BUMN yang menguasai lahan hutan milik negara ini.

Seharusnya, lanjut dia, PT Perhutani bisa memindahkan para petani ini. Serta memulihkan hutan konservasi di blok Cieundog ini.

Lebih jauh, Firman menjelaskan, para petani yang menggarap di tanah hutan konservasi ini, bisa dipindahkan. Kemudian, para petani ini dilibatkan dalam Program Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Apalagi, saat ini PT. Perhutani tengah gencar mencanangkan program tersebut.

"Nah, PHBM ini jangan cuma bagus terdengar diluarnya saja. Tapi lihat juga dong hutan konservasi yang rusak ini. Ajak dan libatkan mereka, kan banyak itu lahan PHBM yang bisa digarap mereka. Sehingga, para petani ini tidak merambah hutan di blok Ciendog lagi," tandasnya.

Sementara itu, Pegiat lingkungan dari Trapawana Jawa Barat, David Riksa Buana, mengatakan, selama ini upaya rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, lebih berorientasi kepada upaya fisik saja. Seperti penghijauan, pengerukan dan lainnya.

Namun, kata dia, berbagai tindakan ini tidak dibarengi dengan upaya penyadaran kepada masyarakat. Sehingga, berapa pun uang yang digelontorkan untuk Citarum, tidak pernah berhasil dengan baik. (try)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa 5,4 Skala Richter Guncang Sumatera Selatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler