Raup Rp 3 M, Indikasi Sepakbola Indonesia Tensi Tinggi

Sabtu, 24 Desember 2016 – 09:43 WIB
Joko Driyono (kiri). Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Tensi pertarungan antarklub cukup tinggi, meski Torabika Soccer Championship (TSC) tidak mengenal konsep promosi dan degradasi.

Dan, itu tidak hanya berlangsung antara suporter di atas tribun, melainkan juga antara ofisial tim di dalam bench pemain selama kompetisi berlangsung.

BACA JUGA: Boaz dkk Bakal Diganjar Rp 3 Miliar

Itu bisa diukur dengan banyaknya denda yang dipanen oleh operator kompetisi, PT GTS (Gelora Trisula Semesta).

Di ujung kompetisi, Direktur PT GTS, Joko Driyono mengatakan bahwa, ada pemasukan lain yang mereka dapatkan dari pembayaran denda akibat adanya pelanggara regulasi. Jumlahnya pun sangat fantastis, Rp 3 miliar.

BACA JUGA: Evan Dimas Hormati Kontrak di Bhayangkara, tapi..

Menurut dia, denda tersebut paling banyak berasal dari pelanggaran disiplin penyelenggaraan pertandingan (panpel), disusul oleh pelanggaran disiplin pelaku pertandingan seperti pemain dan ofisial klub.

"Secara menyeluruh, denda terbesar ada di Persija Jakarta, yakni sebesar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta," kata Joko Driyono.

BACA JUGA: Siapa Pelatih Arema FC? Sinyalnya Lokal nih

Pria asal Ngawi, Jawa Timur itu menjelaskan, tidak ada kesulitan di pihak klub untuk membayarkan denda yang sudah dijatuhkan oleh panitia disiplin itu.

Sebab, semua uang denda bisa diambil dari kotribusi komersial klub di akhir nanti. Penentuan jumlahnya tergantung hak siar dan kinerja di kompetisi.

"Klub yang memiliki denda akan kita tahan nilai komersialnya sesuai dengan nominal denda yang mereka punya," imbuhnya mantan Sekjen PSSI ini.

Lantas akan dikemanakan uang denda yang cukup besar itu? Joko mengatakan bahwa dana tersebut akan mereka alokasikan untuk pembiayaan program non budgetter dengan misi league develpment.

Terutama kepada empat kompetisi di level bawah, seperti ISC-B, ISC U-21 serta Liga Nusantara dan Piala Suratin.

Namun, Joko menyebutkan bahwa, keputusan resmi pengalokasian anggaran itu akan mereka putuskan setelah adanya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dengan para klub peserta yang rencananya berlangsung di Bandung, awal Januari nanti. PT GTS juga secara resmi akan mengumumkan keuntungan mereka secara menyeluruh.

Tapi, Joko menegaskan bahwa, pendapatan dari denda tersebut bukanlah sesuatu yang ditargetkan oleh pihak operator.

Melainkan itu adalah cerminan ketegasan mereka untuk menindak para pelaggar regulasi selama kompetisi untuk klub-klub kasta tertinggi itu berlangsung.

Di sisi lain, direktur kompetisi dan regulasi PT GTS, Ratu Tisha Destria menegaskan bahwa, jumlah denda sebesar Rp 3 miliar itu tidak bisa disebutkan sebagai keuntungan.

Pasalnya, selama ini mereka juga habis-habisan untuk melakukan pembiayaan di kompetisi level bawah. "Dan jumlah anggaran yang kami keluarkan juga puluhan miliar," ungkapnya.

Sementara itu, manajemen Persija Jakarta hanya bisa pasrah dengan status klub dengan jumlah denda uang terbesar itu.

Media ofisial Persija, Mozes Sosa mengungkapkan bahwa, manajemen mereka juga sudah meneriam keputusan dari pihak operator tersebut.

Sebab, denda sebanyak itu sudah sesuai dengan akumulasi pelanggaran disiplin yang selama ini terjadi.

"Intinya, kami tidak mau larut dalam polemik ini dengan berusaha untuk mencari pembenaran. Kami lebih baik fokus saja untuk mempersiapkan tim jelang musim depan," kata Mozes.

"Apalagi ada sejumlah pelanggaran berat yang secara kasat mata yang tidak bisa dinafikan," tegas pria berdarah Ambon, Maluku ini.

Pelanggaran berat yang dia maksudkan oleh Mozes itu adalah peristiwa bentrokan antara suporter Persija dengan aparat keamanan di Stadion Utama Gelora Bung Karno-Jakarta pada Juni lalu yang mengakibatkan Persija harus terusir dari Jakarta.

Kondisi itu diperberat dengan bentorokan antara suporter Persija dan Persib setelah laga kedua tim berlangsung di Solo, 5 November lalu.

Intinya kata Mozes, manajemen tidak bisa berbuat apa-apa dengan semua kasus yang harus ditanggung oleh manajemen itu.

"Artinya, kami dari manajemen hanya bisa menghimbau kepada suporter, bahwa kalau mau mendukung tim, ayo mendukung secara sportif tanpa harus melanggar regulasi kompetisi yang akhirnya membebani tim," timpalnya. (ben)

Ada banyak pelanggaran disiplin yang terjadi selama Torabika Soccer Championship (TSC) berlangsung:

1. Bentrok antara suporter saat dan setelah pertandingan

2. Pembakaran flare dan kembang api di atas tribun saat laga berlangsung

3. Klub dengan sengaja melakukan walk out, salah satunya Pusamania Borneo Footbal Club

4. Pelanggaran disiplin oleh pemain dan ofisial seperti pemukulan terhadap wasit

4. Katu merah dan kartu kuning yang diterima oleh pemain

5. Komentar pelatih dan ofisial yang provokatif dan dengan sengaja merendahkan marwah kompetisi

6. Pelatih yang sengaja tidak menghadiri jumpa pers setelah pertandingan.

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Boaz Solossa Cerita soal Kekompakan Skuat Timnas


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler