JPNN.com

Realokasi Subsidi Tak Sekedar BLT

Selasa, 06 Maret 2012 – 11:19 WIB
Realokasi Subsidi Tak Sekedar BLT - JPNN.com

JAKARTA – DPR menginginkan subsidi yang dikurangi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) harus direlokasi ke tempat berguna. “Kita ingin subsidi kita kurangi, kemudian bukan tidak direalokasikan. Tapi, harus direalokasikan ke tempat berguna,” kata Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (6/3). 

Misalnya, kata dia, untuk pembangunan infrastruktur minyak dan gas. Kemudian, di bidang pendidikan misalnya dengan membebaskan sekolah hingga 12 tahun. “Itu program yang menyentuh rakyat,” ujar politisi Partai Golkar itu.

Pada prinsipnya, kata dia, bisa saja BBM dinaikkan pemerintah apabila realokasi anggarannya benar. “Kita menyikap tidak hanya soal kenaikan, tapi realokasi penghematan subsidi juga,” katanya. 

Ditegaskan Satya, bahwa DPR tidak ingin pemerintah hanya mengandalkan kompensasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) saja dari kenaikan harga BBM itu nantinya. Karena menurutnya, kalau pun BLT itu diberikan dalam porsi besar juga tidak mendidik. “Kita ingin yang bisa menggerakkan ekonomi, misalnya di bidang infrastruktur migas dan transportasi masyarakat,” katanya.

Menurutnya lagi, kalau infrastruktur migas tidak diberi dana, maka konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) itu tidak akan realistis. “Infrastruktur harus diperhatikan,” ujarnya.

Dikatakan juga, kalau memberikan BLT dalam jangka waktu periode tertentu dengan jumlah yang terukur, maka larinya bisa untuk mengatasi inflasi untuk kenaikan BBM. Dan jika BLT itu diterima individu yang benar-benar berhak menerimanya, akan tepat sasaran. “Kalau tidak tepat sasaran itu sama saja hambur-hamburkan uang rakyat dan untuk meredam amarah rakyat,” jelasnya.“Kita tidak sepakati porsi itu lebih besar kepada BLT atau hal yang tidak bisa menggerakkan ekonomi,” tambah pria berkacamata itu.

Dalam RAPBNP 2011 pemerintah mengajukan kenaikan BBM sebesar Rp1500 perliter. Artinya BBM perliter menjadi Rp6000. Nah, dapat menghemat berapa triliun? Yuda menjelaskan, kalau dihitung tahun fiskal berjalan 12 bulan, penghematan bisa mencapai Rp57 triliun. “Kalau dari April Rp38 triliun,” katanya.  (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Janda Beranak Dua Tinggal di Kandang Ayam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler