DAMASKUS - Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tak mau mengendurkan serangan terhadap kubu oposisi dan tentara pembangkang di Syria. Militer Syria melakukan operasi secara besar-besaran di sejumlah wilayah pinggiran Damaskus untuk mengambil alih kembali kawasan yang sempat dikuasai oposisi. Pasukan keamanan yang loyal kepada Assad mengepung permukiman di pinggiran ibu kota dan terlibat bentrok sengit dengan kelompok tentara pembelot.
Sekitar 2 ribu tentara pemerintah yang menumpang bus dan panser, serta didukung oleh sedikitnya 50 tank serta kendaraan lapis baja, bergerak menuju Ghouta, arah timur Damaskus, kemarin pagi (29/1) waktu setempat. Kehadiran mereka menambah kekuatan tentara yang sudah lebih dulu ditempatkan di sekitar wilayah Saqba, Hammoriya, dan Kfar Batna.
Menurut sejumlah aktivis di lapangan, serangan dimulai dengan mengerahkan pasukan ke jantung Kota Kfar Batna, hanya beberapa kilometer dari pusat kekuasaan Assad di Damaskus. Empat tank ditempatkan di alun-alun utama.
"Mereka (tentara Assad, Red) memutus jaringan listrik. Stasiun pengisian bahan bakar kosong dan tentara melarang warga keluar dari rumah untuk membeli bahan bakar guna menghidupkan generator atau pemanas ruangan," ungkap Raid, seorang aktivis oposisi di Saqba, melalui telepon satelit. "Masjid-masjid yang telah diubah menjadi rumah sakit lapangan butuh banyak suplai darah," lanjutnya.
Menjelang petang, pasukan pemerintah berhasil kembali menguasai Rankus, 45 kilometer dari Damaskus, setelah terlibat pertempuran hebat dengan tentara pembangkang. Pihak militer menyatakan bahwa kendali di salah satu kota di Provinsi Ghouta tersebut mampu dijaga setelah enam hari terakhir direbut oleh kelompok oposisi.
Seorang juru bicara militer menyatakan bahwa pasukan pemerintah sengaja menyerang Rankus dan kota-kota kecil lain di Provinsi Damaskus sebagai bentuk hukuman bagi warga yang telah memberi perlindungan kepada tentara pembangkang. "Warga tidak bisa lagi keluar rumah," terang Raid.
Dia menambahkan, para penembak jitu (sniper) juga ditempatkan di sejumlah atap bangunan untuk menembaki warga secara membabi buta. Akibat intensitas serangan itu, puluhan gedung di kota tersebut hancur.
Sekelompok wartawan yang berhasil memasuki wilayah itu tetap berada di bawah perlindungan warga setempat. Mereka tetap bersembunyi di rumah-rumah warga hingga kondisi memungkinkan untuk dievakuasi menuju kedutaan besar mereka masing-masing.
Bentrok yang terjadi sepanjang hari kemarin (29/1) di Syria menewaskan sedikitnya 22 orang. Sebagian besar di antara mereka adalah tentara pemerintah.
Kekerasan pecah setelah Liga Arab memutuskan untuk menghentikan misi mereka di Syria dan mendesak supaya PBB turun tangan. Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi yang telah meninggalkan Kairo menuju markas PBB di New York mengungkapkan bahwa pihaknya beharap Rusia dan Tiongkok mengubah sikapnya terkait rancangan resolusi baru PBB dalam penyelesaian krisis di Syria. Rencananya, hari ini (30/1) atau besok (31/1) PBB akan mengagendakan pembahasan mengenai kekerasan di Syria.
Namun, Kremlin diperkirakan akan menolak seruan agar menarik dukungan mereka terhadap rezim Assad. "Sangat tidak masuk akal bagi Rusia untuk menarik dukungannya kepada Assad," ujar Ruslan Pukhov, kepala Pusat Analisis Strategis dan Teknologi. "Dia (Assad) adalah satu-satunya sekutu Rusia di Timur Tengah yang tersisa untuk menjaga pengaruh Kremlin di kawasan tersebut," tandasnya. (AP/RTR/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Delapan Bocah Tewas di Tangan Loyalis Assad
Redaktur : Tim Redaksi