Ribuan orang tetap antusias ambil bagian dalam referendum di tengah kekerasan yang terus terjadi di Abyei, perbatasan Utara-Selatan
BACA JUGA: AS Hening Kenang Korban Penembakan
"Semua berjalan lancarBACA JUGA: Dipenjara 11 Tahun, Larangan Aktivitas 20 Tahun
Sebab, faktanya, kami yakin bisa berbuat jauh lebih baik," terang Ketua Komisi Penyelenggara Referendum Mohammed Ibrahim Khalil.Khalil, seorang pengacara dari Utara dan berkantor di Khartoum itu, kepada Reuters menyatakan, beberapa panitia pemilihan wilayah telah menerima 30 persen suara dari distrik mereka
Hasil akhir referendum akan diketahui sebelum 15 Februari
BACA JUGA: Musim Dingin Terparah India
Hasil sementara sudah bisa diketahui sekitar dua minggu sebelumnyaSekitar empat juta orang telah tercatat sebagai pemilih dalam referendum di SelatanSebagian pemilih juga berada di Utara serta luar negeri.Komisi penyelenggara referendum seharusnya sudah menyosialisasikan kepada warga Utara selama tiga tahunNamun, karena percekcokan pemimpin Utara-Selatan, anggota komisi baru dilantik pada Juli 2010 dan hanya mempunyai waktu enam bulan untuk menyiapkan momen bersejarah itu.
"Sempat terlintas di pikiran kami bahwa kami tidak akan mampu melaksanakan tugas ini dengan baikTapi, semua pihak bekerja kerasMereka bekerja siang malam untuk menyiapkan referendum ini," terang Khalil.
Kepada Reuters, Wakil Ketua Komisi Penyelenggara Referendum Chan Reek Madut mengungkapkan, tingginya partisipasi pemilih membuat penyelenggara tak perlu lagi memperpanjang waktu penyaluran hak suara"Sabtu akan menjadi hari terakhir (untuk memilih)," jelasnya saat berada di ibu kota Selatan, Juba.
Sementara itu, bentrokan antara penduduk Selatan dan Utara terus terjadiMenteri Dalam Negeri Sudan Selatan Gier Chuang menyatakan, kelompok bersenjata dari Suku Misseriya membunuh sepuluh warga Selatan dan melukai 18 lainnyaPara korban penyerangan sedang kembali dari Utara untuk pulang.
"Sebuah konvoi kendaraan warga Selatan yang akan pulang diserang sekitar pukul 17.00 (waktu setempat)," ungkap Chuang saat konferensi pers di Juba"Penyerang mengendarai enam atau tujuh mobil dengan membawa senjata," tambahnya.
Dia mendesak pemerintah Khartoum menindak tegas pelaku penyeranganDia juga menjelaskan bahwa kelompok bersenjata dari suku Arab, Misseriya, itu membantu milisi utara selama perang sipil 1983-2005Mereka juga terlibat dalam konflik dengan kelompok pro-Selatan, Suku Dinka, di Distrik Abyei, wilayah yang menjadi sengketa antara dua pihak.
"Suku Misseriya adalah bagian dari sebuah negara dan negara harus menindak mereka," tegasnyaSang menteri juga menyatakan, serangan tersebut hanyalah salah satu insiden di antara serangkaian kekerasan yang mengikuti referendum kemerdekaan Sudan Selatan yang sudah memasuki hari ketiga(cak/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kangen Selingkuhan, Pemberontak Ditangkap
Redaktur : Tim Redaksi