"Konflik Pemilukada umumnya bersumber dari elit yang cenderung menghalalkan berbagai cara untuk menang," kata Refly Harun, saat jadi pembicara dialog DPD bertema "Menciptakan Pemilukada Damai", di gedung DPD, kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (12/8).
Yang namanya rakyat, lanjut Refly, jauh lebih cerdas dan dewasa dalam menggunakan hak-hak dan kewajibannya dalam sebuah Pemilukada"Termasuk untuk tidak menggunakan hak memilih karena alasan tidak satupun diantara calon yang dapat dia percaya," ungkap Refly.
Menurut dia, terjebaknnya para elit untuk menggunakan berbagai cara agar Pemilukada dimenangkannya merupakan konsekuensi dari mahalnya ongkos politik
BACA JUGA: PKS Menunggu Demokrat
"Ongkos Pemilukada di Indonesia sangat-sangat mahal dan tidak masuk akal hingga semua kandidat rugi besar kalau mengalami kekalahan," tambahnya.Lebih lanjut Refly mengungkap beberapa aspek penyebab ongkos Pemilukada jadi mahal seperti harus adanya uang untuk mendapatkan 'perahu' yang hanya dimiliki oleh partai politik
BACA JUGA: Pengeluaran Parpol Harus Dibatasi
Ini membuat calon kepala daerah berbondong-bondong untuk mencari dukungan 15 persen," kata Refly.Dalam kesempatan yang sama, anggota Komite I DPD dari Provinsi Maluku, Jacob Jack Ospara mengatakan bahwa konflik yang terjadi di banyak Pemilukada, bukan disebabkan oleh elit tapi lebih karena kondisi masyarakat yang belum siap berdemokrasi.
"Di era Orde Baru dengan demokrasi terpimpin semua proses mendapatkan kepala daerah relatif tenang
Selain itu, dia juga menyebut rendahnya rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia juga punya andil besar terhadap tidak mulusnya proses berdemokrasi langsung
BACA JUGA: DPD Demokrat Kompak Ingin Anas-Nazaruddin Dikonfrontir
"Setiap individu masyarakat boleh berkumpul dan menyatakan pendapat, sementara modal pendidikan masyarakat di daerah belum bagus karena mayoritas lulusan SD," katanya.Alasan pendidikan tersebut dibantah Refly"Pendidikan bukan faktor pemicu utamaPendidikan itu, adalah proses yang tidak akan pernah berakhir," kata Refly, mengutip Presiden Soekarno. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nazar Belum Dipecat, Marzuki Salahkan Ibas
Redaktur : Tim Redaksi