Rekomendasi Protokol Kesehatan dari IDI Untuk Pengguna Transportasi Umum

Selasa, 15 September 2020 – 17:35 WIB
Calon penumpang KRL saat mengantre di luar Stasiun Lenteng Agung, Jakarta beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di DKI Jakarta mengakibatkan kapasitas transportasi umum mesti dibatasi.

Mesti begitu, masih ada orang-orang yang harus pergi keluar rumah untuk menjalankan keperluannya.

BACA JUGA: PSBB Jakarta Diperketat, LDII Minta Warga Taati Protokol Kesehatan  

Demi menjalankan aktivitas dan meminimalisir penularan Covid-19, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih mengatakan bahwa protokol kesehatan yang dijalankan itu didasari oleh dua hal, yakni diri sendiri dan pengelola transportasi.

“Kalau menjaga perilaku itu masing-masing orang. Kalau menjaga lingkungan transportasi itu tanggung jawab pengelola, dalam artian pemerintah,” papar Daeng dalam Webinar bertajuk Bijak Bertransportasi di Era Pandemi, Selasa (15/9).

BACA JUGA: IDI Akui Tidak Semua Dokter Korban Covid-19 Tangani Langsung Pasien Corona

Terkait protokol individu, Daeng mengatakan bahwa sebelum seseorang keluar rumah, pastikan dirinya harus sehat.

Apabila orang tersebut dalam keadaan tidak enak badan, Daeng menyarankan lebih baik tetap di rumah sampai dirinya benar-benar sehat.

BACA JUGA: PSBB Jakarta: Ganjil Genap Ditiadakan, Operasional Transportasi Umum Dibatasi

“Seseorang yang sakit akan sangat berisiko tertulari karena tingkat vitalitas mereka turun. Segera istirahat, jangan dipaksakan ke luar rumah,” ungkapnya.

Daeng menambahkan, sosialisasi 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tetap mesti dilakukan.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang keliru dalam menggunakan masker.

“Masker itu harus menutupi mulut dan hidung, tidak boleh dipasang di atas kepala ataupun di bawah dagu,” ujarnya.

Kemudian, Daeng juga mewajibkan para pengguna transportasi umum untuk terus menjaga aktivitas tangan.

Ia menilai, tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling aktif dalam beraktivitas.

“Jangan pernah memegang apa pun di fasilitas transportasi umum seperti tangga ataupun benda lainnya. Jika harus, maka sediakan hand sanitizer setelah memegang benda tersebut sebelum memegang bagian tubuh lain (mata, hidung, dan mulut) yang menjadi sarana penyebaran virus,” paparnya.

Daeng sendiri meyakini bahwa pengelola transportasi umum sudah pasti menyediakan cairan antiseptik.

Namun, ia menganggap bahwa itu belum cukup karena penumpang pasti ramai.

Oleh karena itu, setiap orang harus memiliki hand sanitizer sendiri sebagai bekal di dalam kendaraan tersebut.

Selanjutnya, Daeng juga menyarankan kepada para pengguna transportasi umum agar tidak berkelompok.

Sebagai makhluk sosial, Daeng tak menepis bahwa itu merupakan sebuah hal yang wajar kalau manusia akan saling berkomunikasi.

Namun, keadaan pandemi saat ini harus memaksa keadaan itu mesti dibatasi. 

“Contohnya, apabila ada teman yang saling mengenal, lebih baik segera jaga jarak. Pisah gerbong misalnya. Jika saling kenal kan pasti mereka akan ngobrol. Kalau enggak kenal kan mereka diam,” katanya.

Terakhir, rekomendasi yang diajukan Daeng yakni selalu tahan batuk dan bersin apabila kondisi memungkinkan.

“Jika memang tidak tahan (untuk batuk dan bersin), segera tahan dengan tangan atau siku,” ujar Daeng. (mcr4/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Dicky Prastya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler